Bab 40

5.6K 862 106
                                    

Juni membawa wadah berisi donat di tangannya, dan dengan sengaja datang ke kamar Kak Mita. Dia akan bilang Ibu yang suruh kasih ini. Padahal aslinya tidak begitu. Ini hanya akal-akalan Juni yang sangat penasaran, melihat anak majikannya yang pulang mendadak. Dia penasaran apa yang membuat Kak Mita bisa datang dengan suaminya??

"Kak Mita..." seru Juni sambil mengetuk pintu.

Tak lama pintu terbuka, anak majikannya itu tampak habis mandi dengan handuk bergulung di kepalanya. Juni berusaha mengintip ke dalam, namun Kak Mita malah keluar dan menutup pintu.

Apa sih? Kok sekarang main rahasia-rahasiaan gini?

Juni menyodorkan donatnya. "Ini—"

Mita langsung meraihnya dan memutar tubuh.

"Eh... Kak! Bentarlah..."

"Apa?" tanya Mita dengan nada biasa.

"Iss... bisik-bisik aja Kak... sinii..."

Dahi Mita berkerut, mengikuti Juni yang berada di lorong kamarnya.

"Apaa??" Mita mengikuti Juni berbisik.

"Kok Kakak bisa pulang sama Bang Rolan? Jadi kayak mana Kakak sama Bang Rolan?? Kok nggak pernah sibuk telepon-telepon aku lagi? Memangnya Kakak udah nggak ada masalah lagi sama Bang Rolan??" tanya Juni cepat bertubi-tubi.

Mita mengernyit. "Nggak ada..."

"Hissshh... Ya kan setauku Bang Rolan masih marah sama Kakak?"

"Nggak kok. Abang nggak marah lagi."

"Kok bisaa?? Maksudku—Kakak bikin kayak mana?"

"Nggak kayak mana-mana..."

Astagaa... bisa-bisanya Juni tak mendapatkan jawaban apa pun.

Juni menarik napas panjang dan mengembuskannya. "Kan... waktu itu. Bang Rolan marah. Terus katanya Kakak mau dicerai. Jadi sekarang. Kok keliatannya dia santai aja. Kok bisaa? Karena apa dia nggak marah lagi??" Juni menekan setiap kalimatnya.

Mita mengernyit semakin bingung. "Nggak kok. Kami baik-baik ajaa... malahan—" ups! Mita nyaris keceplosan, kata Bang Rolan urusan bercinta hanya boleh dibahas oleh suami istri.

"Malahan apa??"

"Kami... bagus-bagus aja," imbuh Mita.

Juni memutar bola matanya. "Kakak ingat nggak belum ada sebulan yang lalu Bang Rolan nggak mau jemput Kakak ke Medan, terus kok sekarang malah pulang sama Bang Rolan pula?? Kok bisa berubah cepeet??"

"Oh... ituuu..."

Juni langsung menggangguk-angguk cepat.

"Rupanya Bang Rolan jatuh dari motor... kakinya kena knalpot, terus hapenya rusak, makanya batal jemput. Padahal Bang Rolan udah mau jemput."

Juni menahan napasnya kencang, dan mengembuskannya kasar. Ya Tuhaan...

"Jadi perjanjian Kakak dua tahun aja tinggal di kampung itu batal??"

Dan kali itu Mita tampak berpikir. "Oh! Itu belum aku tanya lagi ke Bang Rolan."

"Jadi Bang Rolan nggak usir-usir Kakak dari rumahnya lagi??"

"Nggaklah...! Aku kan istrinya!" seru Mita.

Juni memicing. "Jangan-jangan karena Bang Rolan takut hartanya dibagi dua?? Kayak yang kubilang sama Kakak waktu itu??"

Dahi Mita kemudian berkerut berpikir. Masa iya? "Eng—nggak kok." Apa mungkin iya? Batin Mita. "Tapi... bentarlah kutanya Abang!"

"Eh... Kak... Kak! Jangan bilang aku yang tanya-tanya... Kak...!"

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang