Bab 58

4.1K 861 40
                                    

Mita masih tak percaya Bang Rolan ada di kamarnya. Tapi benar Bang Rolan ada di kamarnya kan?? Mita takut dia hanya berhalusinasi karena terlalu kelelahan. Jadinya, Mita cepat-cepat melilitkan handuk ke tubuhnya yang basah, yang bahkan belum sempat dia usapkan ke tubuhnya.

Air masih mengalir melewati rambut dan turun ke kulitnya ketika Mita buru-buru membuka pintu kamar mandi, dan dengan wajah begitu cerah dia tidak bermimpi. Masih mendapati suaminya yang mendadak berdiri dari duduknya.

Rolan menatap Mita dengan bibir terbuka sedikit. Kesusahan mengembuskan napas normal, dengan tubuhnya yang semakin gerah.

"Pakelah dulu bajumu..."

Napas Rolan langsung tersumbat saat Mita berjalan ke arahnya, lalu membuka pintu lemari.

Gawat, Mita mau pakai baju di hadapannya??

Sejujurnya Rolan ingin menubruk Mita lagi dengan dekapannya, tetapi melihat tampilan Mita yang seperti itu Rolan takut kebablasan. Sementara sekarang masih siang bolong, apalagi ini di kamar Mita. Tempat yang membuat Rolan tak leluasa melakukan macam-macam.

Dengan wajah memerah, Rolan segera melangkah lebar menuju pintu.

"Abang mau ke mana??"

"Lanjutin kerjaanku tadilah..."

"Abang tungguu..."

Mita tak sempat mencegah suaminya sudah menghilang dari balik pintu.

Mita buru-buru memakai pakaiannya, dan dengan rambutnya yang masih basah-basah, dia keluar. Justru dihadang oleh Juni.

"Kak! Bang Rolan kok bisa di sini?? Dia bersih-bersih rumah sebelah, kata Bi Atik tinggal di sini? Benernya itu Kak??"

"Ishhh... ini juga aku masih mau nanya!" gerutu Mita tanpa menoleh ke Juni dan langsung berlari ke teras samping melewati pintu penghubung.

Merasa de javu dengan apa yang dilihatnya tadi. Mita melihat Bang Rolan berjongkok mencabuti rumput.

Melihat ada yang datang, Rolan langsung menoleh.

"Udah berapa lama Abang di sini? Hah??" tanya Mita yang berjongkok merapat pada Bang Rolan.

Rolan tak dapat mengalihkan perhatiannya dari wajah Mita yang terheran-heran dengan wangi sabun yang sudah lama tak diciumnya. "Baru sehari..."

"Terus—kapan Abang pulang?"

Rolan menaikkan alisnya. Gerakan tangan Rolan langsung berhenti. "Kau mau aku pulang?"

Mita menggeleng kuat. "Jadi Abang tinggal di sini? Nggak akan balik ke kampung lagi??"

Rolan mengangguk.

Manik mata Mita semakin melebar. "Terus ternak Abang??"

"Sebagian udah kujual."

Mulut Mita menganga. "Kok Abang jual?? Terus! Aku dapat kabar dari Kak Rani katanya Abang jual tanah Abang ke Bang Guntur??"

Rolan mengusap keringat di dahi dengan punggung tangannya. "Nggak panas kau?"

Mita mendongak melihat matahari terik yang begitu silau. "Abang juga kepanasan."

"Aku udah biasa, masuklah kau."

Mita langsung cemberut. "Tapi kan Abang belum ceritain kenapa bisa di sini?? Abang juga nggak pernah balas suratku. Atau jangan-jangan nggak Abang baca??" Mita menutup pertanyaannya dengan rengutan semakin panjang.

Ketika suaminya, malah menarik sejumput rumput tinggi lainnya, Mita merajuk dan berdiri.

"Kubaca loh..." sahut Rolan cepat-cepat berdiri.

Jejak LaraWhere stories live. Discover now