Bab 6

4.3K 796 91
                                    

Vina tahu dari Juni hubungan Mita dengan Rolan semakin dekat. Sementara Vina belum sepenuhnya rela dengan keputusan suaminya. Ditambah melihat rumahnya didekor untuk acara lamaran resmi. Vina tetap mengedepankan gengsinya dengan membuat acara pernikahan putri satu-satunya mereka tampak megah. Ditambah dengan Yose anak pertamanya serta cucunya sudah datang.

Tetapi Vina masih was-was kepikiran bagaimana kehidupan Mita setelah menikah? Jika besok acara berjalan lancar tak ada alasan lagi untuk mundur dan tak menerima anaknya Pak Rudi.

"Pa. Apa nggak bisa setelah nikah Mita langsung tinggal di sini??" Bisik Vina pada suaminya.

"Biarkan dia mencari pengalaman hidup dulu."

"Mita nggak tahu apa-apa Pa. Papa tega ngelepas dia tinggal jauh gitu aja?? Lagian, kita nggak kenal kali siapa anak Pak Rudi itu. Gimana kalau dari awal dia niat jahat? Dia sengaja rayu-rayu Mita. Gimana kalau Mita... diculik? Diperas??"

"Pikiranmu itu! Selalu entah kemana-mana."

"Pokoknya Mama mau Papa pastikan ke Pak Rudi, dan bilangin anaknya jangan berani macam-macam sama Mita!" kata Vina dengan nada mengancam.

"Nggak perlu kau takutin soal itu," seru tegas Benny. "Udah kuatur semuanya."

***

Akhirnya kedua keluarga besar bertemu. Dalam prosesi perkenalan yang diumumkan dengan cukup panjang. Dan pada saat itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Rolan bertemu kembali dengan istri Bapaknya. Dalam hatinya ada ketidakrelaan yang mendalam, karena wanita itu yang harus mewakili mendiang ibunya.

Sepintas keluarga mereka tampak seperti keluarga harmonis. Mita duduk berseberangan dengannya dalam balutan kebaya yang senada dengan batik yang dikenakan Rolan. Senyum wanita itu terkadang melengkung malu-malu, terkadang tampak bingung dengan sorot polos.

Mita hanya satu-satunya tatapan yang Rolan tuju dikala suasana hatinya mulai panas. Berada satu ruangan dengan keluarga besar Bapaknya memang sesuatu yang tak diharapkan Rolan, sebab Rolan masih sangat mengingat bagaimana mereka berpaling dari Ibunya yang membutuhkan pertolongan.

Rolan kembali menatap Mita lurus, meski telinganya terus berdengung mendengarkan juru bicara, terutama saat penentuan mas kawin. Bapak Rolan menyanggupi seratus juta, lain dengan perhiasan.

Panitia acara memberi arahan agar Rolan memasangkan cincin di jari manis Mita. Rolan melirik tangan mulus Mita, dia tak pernah menyentuhnya, dan melihat itu seperti sesuatu yang berharga. Dengan gerak tangan kaku dan berkeringat dingin Rolan memasangkan cincin di jari manis Mita, senyum Mita terulas manis dan tampak sangat bahagia, Rolan ikut tersenyum tulus, pusingnya mengenai biaya langsung hilang seketika.

Selesai acara resmi Rolan masih belum dapat berdekatan dengan Mita. Mita tengah dikerubungi oleh keluarganya. Dan Rolan ditahan untuk bercakap-cakap dengan Abang kandung Mita yang baru pertama kali ini Rolan temui. Membicarakan hal-hal umum, meski dalam hati Rolan masih ada rasa minder, sebab acara hari ini terlalu mewah untuk ukurannya. Rolan menahan komentarnya, sebab mungkin ini biasa bagi keluarga Mita. Bagaimana jika Rolan tak dapat mengimbanginya, nanti? Meski kata Nondong penghasilannya lebih dari cukup. Rolan masih tak yakin, penghasilannya cukup untuk disandingkan dengan keluarga Mita. Rolan akan jujur dan membuat Mita mengerti akan hal ini.

Untuk itu Rolan tak sabar untuk menemui Mita.

Rolan berdeham, setelah mendapat jeda pembicaraan. Dan permisi mau ke toilet.

Mata Rolan terus mencari-cari saat Rolan tak lagi dapat menangkap dengan matanya keberadaan Mita. Rolan terpaksa terus berjalan menuju kamar mandi. Ketika keluar...

Jejak LaraWhere stories live. Discover now