Bab 34

5.7K 934 191
                                    

"Abaang..." bisik Mita.

Kepala Rolan meneleng kaku, dia baru saja menghabiskan sarapannya, sementara sarapan Mita masih belum tersentuh.

Dan kenapa Mita mesti berbisik? Ini yang membuat kuduk Rolan meremang dan perutnya mendadak teraduk.

"Apa??"

"Aku hitung-hitung, kalau kita ciuman nggak nyampeknya, sepuluh menit Bang... eh, lima menit apa ya?"

"Y-ya, ngapain kau hitung-hitung??" balas Rolan ikut berbisik.

"Kalau nggak lamanya Bang, kenapa sih mesti nunggu malam?"

"Kau nggak dengar itu Ijal udah datang??" Telinga hingga ke leher Rolan tampak memerah. "Malu kalau sampai orang tahu."

"Ya kan mereka nggak pernah masuk rumah Bang... kalau pun masuk, pasti panggil Abang dulu. Ya kan??"

"Kita diam-diam aja..."

Sialan... malah Mita yang sok mengajarinya.

"Bukan akunya yang bising."

Mita mendelik karena sedikit tersindir. "Ya makanya kita jangan berisik..."

Bibir Rolan menipis, kesal karena gemas. Rolan berpura membuang pandangannya.

Memang benar, tapi... alasannya karena Rolan tak ingin dia kelepasan mencium Mita di mana pun dan kapan pun.

Rolan meminum minumannya hingga tandas. "Abiskan sarapanmu."

Mita langsung cemberut. Ditambah melihat suaminya sudah bangkit.

"Kau pun belum siap sarapan gitu?"

Tubuh Mita langsung menegap. "Kalau aku cepet-cepet makan—"

"Aku mau bersihin kandang."

Rengutan Mita bertambah panjang.

Sebelah alis Rolan terangkat. "Kalau mau sekarang," bisik Rolan seraya merunduk.

Mata Mita membelalak sementara senyumnya mengembang lebar. Dia segera terperanjat, dan menangkap lengan Rolan.

Rolan membawa Mita dengan langkah lebar menuju kamarnya, dan langsung mengunci pintu. Rolan tidak mengukung Mita ke dinding, melainkan membawa Mita duduk ke pangkuannya di ujung ranjang.

Mita terkesiap dengan wajah berbinar, saat tangan besar suaminya merangkul pinggangnya, sementara Mita langsung mengalungkan tangan ke leher Bang Rolan saat wajah mereka saling maju untuk memenuhi dorongan hasrat saling melumat satu sama lain.

Setiap sel dalam tubuh Rolan terjaga, dia benar-benar memasukkan diri ke dalam ranjau, lekuk paha Mita bahkan menempel pada bagian tubuhnya yang segera mengeras, dan membuat ciuman Rolan bertambah dalam. Ditambah Mita yang mulai bisa mengimbangi kuluman bibirnya. Lidah mereka saling membelit dan saraf Rolan semakin menegang.

Rolan menggerakkan bibirnya lebih lagi, sebelah telapak tangannya menangkup di tengkuk Mita ketika desah samar keluar dari mulut Mita. Bibir Mita lembut dan seperti candu baginya. Seperti hisapan rokok, yang didambakannya saat mulutnya terasa kering.

"Bang—" gumam Mita ketika bibir mereka terpisah. "Aku ngerasa kayak bibirku bengkak, bibir Abang gitu juga?"

Rolan mengangguk tipis. Dia tak sabaran mengecup pipi Mita, dan mengulum cuping telinganya. "Memang gitu... apa sakit?"

"Enggak..."

Mata Mita setengah memejam saat Bang Rolan terus menyesap bawah telinganya.

Rolan sedikit tersentak dia tak boleh meninggalkan bekas pada leher mita pagi-pagi begini. Rolan harus melakukannya di tempat yang lebih rendah, namun itu artinya dia harus membuka kancing baju tidur Mita.

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang