Bab 56

4.5K 789 38
                                    

Selamat Hari Raya Idul Fitri... untuk teman-teman yang merayakannya. Mohon maaf lahir batin bila ada salah-salah balas komentar.

Bang Rolan sama Dek Mita hadir untuk menghibur di Hari kemenangan ini.. :*

Yang kangen sama Mas Wisnu-Serena [Play Pretend]. Aku ada bikinin Special Part unyu-unyu di Karyakarsa.

.

.


Ban pikap yang dikendarai Rolan terjebak lumpur. Setelah hampir setengah jam berusaha menahan ban dengan kayu-kayu, ditambah dengan muatan lembu yang tak mungkin dia turunkan hanya berdua dengan Ridwan, akhirnya pikap bisa bergerak.

Daerahnya memasuki musim penghujan. Seharusnya Rolan sudah sampai di rumahnya dari tengah hari, kini langit yang sepanjang hari mendung sudah bertambah gelap saat Rolan tiba di rumah.

Dan... lelah di pundak Rolan semakin bertumpuk berkali-kali lipat ketika saudara dan para pekerjanya tampak ramai di rumahnya. Rupanya ada pohon kelapa yang ambruk menimpa dapurnya.

Astaga... apalagi ini?? Rolan mengusap wajahnya lelah, di mana hujan juga sudah kembali turun.

Untung Mita lagi nggak di sini. Kalau siang-siang begini tiba-tiba pohon tumbang dan tak ada siapa pun, dia pasti panik dan menangis.

Rolan segera mengalihkan isi pikirannya, Mita memang tak ada di sini, sahut batinnya merasa tolol. Sudah lima bulan istrinya tidak ada—di rumahnya yang semakin tak terurus ini. Dan tak sehari pun Rolan mampu menghalau bayang-bayang Mita dari seisi rumahnya.

"Rolaan... Rolaan..." suara pekikan Nondongnya langsung terdengar. "Keras kali tadi suara jatuhnya, barang-barang yang lain udah di pindah ke ruang tengah. Piring-piringmulah pecah semua..." adu Nondongnya dengan nada panik.

Mau dibilang bagaimana pun Nondongnya selalu jadi garda terdepan dalam mengurusi hidup Rolan. Meski, sudah lima bulan belakangan dia seperti perang dingin dengan Nondongnya. Terkadang Nondongnya tiba-tiba muncul, menasehati dengan nada mengomel bahkan marah tentang pernikahannya, dan setelah tak dihiraukan Rolan besok-besok Nondongnya akan muncul dengan tampang merajuk. Sekali dua kali, Mami Yuni bilang Nondong sakit masuk angin, Rolan menyuruh berobat tetapi Nondong menolak, tetapi yang jelas, ujungnya Nondong akan memberi nasehat dengan menyudutkannya lagi.

"Ya udahlah, mau gimana lagi," dengus Rolan pasrah. "Besoklah cari orang dormalkan."

"Sekarang aja, kau tanyalah Wak Samin, mana tahu udah ada kerjaannya besok?" imbuh Pa Tengahnya.

"Aku ganti bajulah dulu..." Padahal besok rencananya Rolan akan menolak lembu-lembunya ke agen. Tapi, urusannya jadi tertunda, mungkin dia bisa minta tolong kali untuk bantu dormalkan batang kelapa sebentar sebelum pergi besok.

Keesokkan harinya, hari sedikit cerah, meski sinar matahari masih tertutupi awan putih tebal. Dan pagi-pagi sekali, suara dormal sudah memekakkan, setidaknya menyingkirkan batang yang melintang di sepanjang dapur Rolan.

Memasuki tengah hari, dan sampah-sampah sudah hampir selesai disingkirkan, ada sebuah mobil yang berputar di halaman rumah Rolan.

"Siapa tu Bang?" tanya Ijal.

Rolan yang tengah berkutat dengan parangnya langsung berhenti dan melihat siapa yang dimaksud Ijal.

Bola mata Rolan melebar sengit dengan detak jantung yang langsung terpacu cepat melihat siapa yang keluar dari dalam mobil tersebut.

Bapaknya. Bersama satu orang lain yang tak dikenal Rolan. Ada apa?? Pasti bukan sesuatu yang bagus, batinnya.

"Kenapa tiba-tiba datang, Ngat??" Nondongnya-lah yang lebih dulu tergopoh mendekat. "Eh, masuk—lah dulu..."

Jejak LaraWhere stories live. Discover now