28 || DEMAM [ 1 ]

23 3 0
                                    

📍Amsterdam

Disebuah mansion mewah dan besar, tidak. Lebih tepatnya disebuah kamar bernuansa gelap itu terdapat seorang pria yang sudah berumur 60 tahunan namun masih nampak tampan dan gagah.

Duduk ditepi kasur size big nya, menatap sebuah bingkai foto ditangannya penuh rindu dan cinta yang besar.

Tangannya mengusap wajah wanita di dalam bingkai itu dengan lembut. "Hanya kau sayang, yang tak bisa ketemukan. Aku sudah menelusuri dunia ini hanya untuk mencarimu. Namun hasilnya nihil. Kembali lah, apa kau tak merindukan ku?" Monolognya.

Ia tersenyum kecil mengingat masa masa mereka dulu. "Aku akan selalu mencintaimu. Aku tidak akan menyerah untuk mencari keberadaan mu, meski aku harus melawan takdir sekalipun."

Tanpa disadari seseorang dibalik pintu mengintip, ia mendengar semua perkataan pria berstatus ayahnya itu.

"Aku juga merindukannya." Gumam pria itu lirih, ia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya tak memperdulikan wanita berstatus ibunya sedang menatapnya tajam.

"Tidak sopan! Padahal aku berada di hadapannya, tapi dia sama sekali memperdulikan ku, bahkan hanya menatap ku saja tidak." Kata wanita itu meremas gelas kaca berisikan wine. Dan membantingnya penuh emosi.

"Tidak ayah, tidak anak! Kenapa mereka hanya memperdulikan wanita Sialan itu!!! Padahal sudah lama dia pergi, namun dia tetap membuat hidupku susah!" Gumamnya dengan tersirat kebencian mendalam.

"Aku harus lebih dulu menemukannya, lalu melenyapkannya dari dunia ini!" Sambung wanita itu, segera ia melenggang pergi meninggalkan lorong itu, sekarang moodnya hancur untuk mendekati suami dinginnya itu. Rasanya ia ingin Shoping saja.

Bunda zahara menghelan nafas berat. Ia memasukan kembali sebuah bingkai foto pria tampan berjas hitam dengan Wajah setengah mirip dengan putri tercintanya itu.

Zahara mengusap air matanya yang menetes. "Aku berharap kau sekarang bahagia tanpa ku. Aku tidak akan pernah bisa membencimu meski aku ingin." Gumam bunda zahara dengan parau.

***

"Uhkk.." seorang pria membuka matanya, ia menatap semua orang berada di ruangan itu bergantian.

"Tuan anda baik baik saja?" Tanya haru. Ya, haru mantan ayah tiri zera. Pria itu sudah bebas dari penjara Karena ada seseorang yang telah mengeluarkannya.

"Sudah sadar kau?" Tanya seorang perempuan dengan nada sinisnya. "Cih, merepotkan."

Pria itu menatap tajam pada wanita berbaju minim itu. "Beraninya kau! Apa kau ingin ku penggal HAH?!"

"Jangan buang buang waktu, intinya gue disini. Cuman mau Ajak lo kerja sama. Gimana? Lo pengen zera bukan?" Tanya wanita itu seraya menyinggungkan seringai liciknya.

Pria yang terobsesi dengan zera itu mengangguki pertanyaan nya. "Bagus. Gue pengen Arvaz! Jadi kita bisa kerja sama buat merebut keduanya bukan? Zera milik lo, arvaz milik gue. Gimana?" Tawar wanita itu. Pria itu nampak menimang Nimang tawaran wanita dihadapannya.

"Oke, Deal!" Ujar pria itu tersenyum misterius diikuti wanita itu yang tersenyum penuh kelicikan. "Deal."

'Arvaz, lo harus jadi milik gue. HAHAHA nggak sabar gue menjadi nyonya dari Seorang osmond yang dihormati.'

' zera kau hanya milikku, bahkan aku tak akan segan membunuh arvaz. Kamu hanya milik ku sayangg.. milikku.. aku datang.'

****

Plakkk...

"B*ngsat, apa apaan sih lo!" Sentak brian pada Luisa yang tiba tiba saja menamparnya. Ketika ia baru saja sampai diapartemnya.

ARVAZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang