15 || KEJAHILAN ARVAZ

39 5 0
                                    

"Zera?!" Panggil arvaz.

Ceklek.

"Iya mas, tunggu sebentar." Zera membuka pintu kamarnya. Namun ia segera berlari kembali memasuki kamar mengambil tasnya yang tertinggal.

"Udah?" Tanya arvaz, melihat penampilan zera yang selalu terlihat cantik dimatanya.

Zera mengangguk. "Udah, ayok pulang!" Balas nya.

Keduanya berjalan beriringan, hingga sampai didepan villa. Terlihat disana dua curut yang sudah menaiki motornya masing masing.

Arvaz memakai helm nya. Pria itu mengambil helm milik zera, lalu memakaikannya. Jantung zera seakan berhenti ketika hembusan nafas arvaz menerpa wajahnya. Posisi kepala arvaz dan zera saling berdekatan. Arvaz mengulum senyum, melihat wajah zera yang ketara saltingnya.

"Cantik." Gumam arvaz pelan, namun dapat didengar zera karena jaraknya yang berdekatan.

Zera menatap mata arvaz, hanya sesaat sebelum akhirnya ia membuang muka, bahkan ia merasakan pipinya yang panas.

'Tahan zera, tahan!' Batin zera rasanya ia ingin salto sekarang juga.

Tanpa kedua nya sadari, sejak tadi ada dua makhluk yang menatap mereka berdua horor. "Bucin terosss sampe mamposs!"

"Berduan mulu. Ati ati yang ketiga nya setan." Sahut Zeus ikut ikutan.

Arvaz melirik tajam kedua curut itu. "Iya. Lo berdua setannya!" Balas arvaz ketus.

"Yaelah, buruan deh. Kesian tuh zera, liat mukanya udah merah kepanasan!" Sindir brian.

"Masi pagi panas apa nya?" Sahut Zeus, sepertinya lelaki itu tak peka akan situasi saat ini. Lihat lah, sekarang pria itu mendongak melihat langit langit yang masih terlihat biru tua. Masih belum terlalu terang.

"Dahlah, lo nggak sefrekuensi sama gue." Gumam brian. Pria itu menyalakan mesin motornya. Beberapa kali ia mengaum ngaumkan motor kesayangannya itu. Lalu melesat pergi, diikuti Zeus.

Zera segera naik, ketika arva sudah naik dan menyalakan motornya. Setelah dirasa zera sudah duduk dijok belakang motornya. Arvaz menjalankan motornya, menyusul Zeus dan brian.

****

Ditengah perjalanan menuju jakarta. Iseng iseng arvaz mengajak zera berbicara agar hubungan keduanya semakin dekat, dan membunuh rasa canggung keduanya dijalan.

"Ze, kamu bisa nggak jangan senyum." Kata arvaz tiba tiba. Ia melirik lirik kaca spionnya. Melihat wajah zera yang nampak tersenyum.

"Ha? Kenapa emangnya?" Tanya zera bingung.

"Karena saya nggak rela ada orang lain. Hanya saya yang boleh lihat."

"Hahaha mas arvaz, aku baru tahu ternyata mas bisa ngegembel juga." Kekeh zera.

"Gombal ze, gombal. Bukan gembel. Masa pria segenteljen seperti saya jadi gembel," Ucap arvaz.

"Gentelmen mas, kalo genteljen mah sabun." Kata zera meralat, gadis itu terkekeh.

"Oh saya baru tahu." Gumam arvaz.

"Besok kamu sibuk nggak?"

"Emm, sepertinya sibuk mas. Emang kenapa?" Tanya zera balik.

"Oh gapapa. Kalo boleh tau sibuk apa?"

"Sibuk mencintai mas." Jawab zera asal.

Seketika jantung arvaz berdetak 5x lebih cepat dari biasanya. "Kamu ngomong apa?"

"Nggak bukan apa apa." Bohong zera. Ia merutuki mulutnya yang asal ceplos saja.

"Ihh, coba ngomong lagi! Ayolah zee." Desak arvaz melas. Ia kini sedang berusaha untuk tidak tersenyum.

ARVAZ Where stories live. Discover now