26 || ZERA DAN DAFI ??

8 2 0
                                    

Zera menggeliat ketika ia merasakan sebuah tangan kekar memeluknya erat. "Mas?" Beo zera.

"Sttt, zera ini saya. Ayok tidur lagi hm," bisik arvaz tepat dibelakang telinga zera, membuat tubuh perempuan itu menegang dan juga geli.

Arvaz menyembunyikan kepalanya di leher zera, tangan kekarnya memeluk tubuh zera erat. Zera menghelan nafas pelan.

Bagaimana dia bisa tidur jika arvaz saja memeluk nya begitu erat hingga membuatnya sesak.

"Mas jangan meluk nya terlalu erat, zera susah nafas." Kata zera pada arvaz.

Arvaz mendengarnya mengendurkan pelukannya, lantas satu tangannya terlulur mengusap pucuk kepala zera.

"Maaf.."

Zera tersenyum tipis, ia merasa nyaman ketika arvaz mengusap kepalanya dengan lembut.

Zera kembali memejamkan matanya, begitupun dengan arvaz yang kini sudah tidur pulas dengan zera didekapannya. Ia merasa jika semua ini adalah mimpi, dia tidur bersama dengan seorang perempuan? Dan perempuan itu adalah orang yang ia incar di Masa Sekolah.

Cahaya bulan masuk melalui jendela dengan tirainya sedikit terbuka. Menyinari wajah kedua manusia berbeda gender itu. Pada akhirnya takdir memiliki caranya sendiri menyatukan keduanya, dengan sedikit pelajaran yang diambil.

****

Jika arvaz dan zera kini sedang tertidur pulas diatas ranjang dan selimut yang hangat. Berbeda lagi dengan kedua pasangan yang sedang berdebat ditengah malam ini. Siapa lagi kalo bukan Luisa dan Brian.

"Ini kamar gue, jadi suka suka gue lah mau tidur dimana!"

"Lo harus ngalah sama perempuan!"

"Nggak ada kata mengalah dikamus gue, meskipun dia perempuan!"

"DASAR LO BANCI!"

"NGGAK USAH TERIAK!"

"LO JUGA TERIAK DANCOK!"

"Gue nggak mau! Titik, lo harus tidur dilantai."

"GAK MAU! INI KAMAR GUE YAK!" Tolak brian kekeh. Keduanya sama sama melayangkan tatapan tak bersahabat. "Ini apartemen gue, kenapa harus gue yang tidur dilantai?" Gerutu brian kesal.

"Siapa yang bawa gue kesini?" Tanya Luisa seraya melipat kedua tangannya didepan dada.

"Gue?" Jawab brian pelan.

"Terus? Kenapa harus gue yang tidur dilantai? HARUS NYA ELO!"

"Gue nggak mau! Ini tempat tidur gue!!" Kekeh brian tegas.

Luisa geram, ingin rasanya ia menjambak rambut brian. "Gue juga nggak mau tidur dilantai!" Balas Luisa keras.

"Yaudah, lo tidur disofa aja. Udah sana, nggak usah ganggu gue," usir brian membuat Luisa yang emosinya sudah diubun Ubun. Menjambak rambut pria itu, membuat brian kaget dan menjerit.

"WOIIII ANJENG SAKIT!!" Jerit brian berusaha melepaskan tangan Luisa, namun gadis itu semakin menarik rambut brian. "Akkkhhh!!!! SETANNNN!!" pekik brian.

Mau tak mau, brian harus mengeluarkan segenap tenaganya. Jujur jenggutan Luisa benar benar tidak bisa disepelekan.

Brian mengambil lengan Luisa, memelintirnya. Tidak terlalu keras namun itu cukup berdampak pada Luisa, lihat lah gadis itu tengah mengaduh sakit.

Tak ingin menyia nyiakan kesempatan, brian melepaskan tangan Luisa yang menjenggut rambutnya. Tangannya tak sengaja menarik Luisa hingga menubruk tubuh brian.

ARVAZ Where stories live. Discover now