Dua belas

74 9 0
                                    

***

Ujian akhir sekolah akhirnya sudah datang. Kelas 1 dan 2 telah libur sekolah menyisakkan kelas 3 yang akan bertempur dengan soal-soal ujian. Banyak macam siswa menghadapi hal tersebut. Ada yang serius, risau, dan santai. Baginya semua akan diserahkan kepada tuhan.

Dika duduk di kursinya yang sudah ditetapkan oleh pengurus ujian. Kebetulan dirinya satu ruangan dengan Wawan. Dika merasa cukup senang sebab dirinya mempunyai teman diantara banyaknya murid yang asing baginya didalam ruangan. Yang sungguh kalau harus berkenalan dengan mereka membuat tenaga Dika akan terkuras habis.

Pelajaran pertama sudah selesai di ujiankan, sekarang semua sedang menunggu ujian kedua dimulai. Pengawas sedang keluar sebentar menyisakan peserta ujian yang berada didalam ruangan.

Wawan menoleh kearah Dika. Terlihat pemuda itu Nampak sibuk mengotak-atik ponselnya dengan serius. Dari raut wajahnya terlihat ada hal penting didalam benda tersebut.

Wawan mulai beranjak dari kursinya dan hendak melangkah kearah pemuda itu,”Dika pelajaran—“ kalimatnya terputus dan langkahnya pun tercegat.

Wawan mengerutkan keningnya, melihat Dika ditarik Mahen keluar ruangan. Pemuda itu dengan perasaan yang penuh penasaran akhirnya memilih untuk mengikuti keduanya. Ia mengintip keluar, mencoba menguping pembicaraan Mahen dan Dika yang tak jauh dari pintu keluar kelas yang dia tempati mengintip.

“Jadi kita jadi kesana,Dik?”

“Iya dong. Katanya lo mau tau arti cinta. Bareng gw.”

Pemuda itu mengerutkan hidungnya,”Arti cinta?”

Dia semakin curiga kepada kedua anak itu. Terakhir kali ia melihat Dika, ia memang merasa keadaan temannya yang terlihat sangat aneh ada hubungannya dengan Mahen. Sekarang Wawan semakin yakin bahwa mereka berdua sedang menyembunyikan sesuatu.

Saat melihat Dika sudah ingin kembali masuk, dengan cepat Wawan berlari dari sana dan kembali duduk dibangkunya seperti tak terjadi apa-apa. Ia menutup wajahnya menggunakan buku lalu mengintip kearah pemuda itu yang kembali duduk dengan menyunggingkan senyumannya. Wajahnya terlihat berseri-seri tak seperti saat pemuda itu belum bertemu Mahen.

Wawan  memicingkan matanya,”Ada yang nggak beres beneran ama Dika. Gw harus ngasih tau anak-anak, nih.” Ucapnya bermonolog dengan pelan.

Wawan harus tau apa yang terjadi diantara Dika dan Mahen. Sebab ia itu adalah sahabat Dika dari lama, dirinya tak akan sampai melewatkan satu rahasia pemuda itu. Ia tak ingin pemuda itu malah terjerumus kearah yang tak baik walau tau bahwa Mahen anak yang disiplin dan baik tapi Wawan harus tetap meencurigai Mahen.

Ujian kedua sudah dimulai. Semuanya peserta sudah mengerjakan ujiannya masing-masing dengan serius. Wawan menguap kesekian kalinya. Rasanya semua tulisan yang berada di handphone itu membuatnya muak yang jumlahnya sungguh banyak. Tak jarang dirinya langsung menjawab soal itu tanpa membaca soalnya. Entah kenapa rasa kantuk selalu saja datang saat mengerjakan ujian. Wawan juga heran akan hal itu, sebab hal itu sudah lumrah.

“Bu saya sudah selesai, apa boleh keluar istirahat?” Tanya Dika sambil mengacungkan tangannya keatas.

“Silahkan, tapi saat ujian ketiga sudah dimulai langsung masuk kembali yah?”

Dika mengangguk,”Baik bu, saya permisi dulu yah?” Ujarnya pamit kemudian mengambil handphone lalu keluar kelas.

Pemuda itu terlihat begitu tergesa-gesa keluar ruangan. Wawan cepat-cepat menyelesaikan ujiannya juga setelah melihat Dika sudah keluar kelas. Dia harus mengikuti anak itu untuk mengetahui siapa yang ingin dia temui sehingga keluar kelas dengan tergesa-gesa seperti itu.

Partner Of Love [Markhyuck]Where stories live. Discover now