60's

3 1 0
                                    

Aneh adalah saat Monumen Agung terjatuh,
Menanyakan Emas dan Perunggu,
Peradaban manusia, terbuahi ungu.

Mereka sejatinya ada, kita buta;
Jurnal dan Monumen, ilusi kasat mata.
Mitos memang masih merayap,
Itu adanya, kunci ruang mematikan juga lenyap.

Tidak ada yang ingat waktu penciptaan;
Namun Washington tahu, itu bisikan Tuhan.
Makhluk yang mengaku Tuhan,
Monumen dibangun, akan muncul di permukaan.

Takdir mengerikan bayangan membuat jejak,
Manusia membungkuk, dinding mengepak,
Peradaban menunggu bagai manusia perak.
Ilahi membuka cahaya, memberikan jejak.

Sayang adalah kesengsaraan untuk mencari jawaban,
Ketika bintang jauh, mendekat kehilangan.

Suntingan sederhana untuk mitos yang merayap— berusaha untuk kekacauan.

Kebingungan! ketamakan! kegilaan!
Penjelasan! Monumen! ilusi! tiupan!—
Semua bentuk Ilahi tanpa muka yang merayap dan menciptakan,—

Suatu hari di mana peradaban merangkak untuk perlindungan,
Kuil Hastur telah hancur dan monumen muncul di permukaan,
Namun banjir merah tidak menyisakan,
Kabut menelan, manusia memohon ampunan,

        Tapi itu sia-sia, kabut telah datang;
        Banjir meluap, Monumen didirikan.
        Alam bisu, dimulainya pengadilan;
        Semua bersalah, mereka tenggelam,
        Semua meleleh, Neraka Kegilaan.

Old HaitaWhere stories live. Discover now