|46|

149 21 15
                                    



💙💙💙💙

"Good morning, cantik," sapa Dika saat menyambut Ara yang baru saja keluar dari kostannya, "gimana semalam tidurnya? Nyenyak nggak? Mimpi apa enggak?"

Ara tersenyum tipis lalu mengangguk. "Begitu sampai langsung tidur, Mas. Mas Dika gimana? Semalam tidurnya nyenyak nggak?"

Raut wajah cerah Dika tiba-tiba berubah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dari Ara.

"Loh, Mas, kok cemberut? Kurang nyenyak ya tidurnya semalem?"

"Iya."

Wajah Ara terlihat semakin khawatir. "Loh, Mas, kenapa? Mas Dika nggak enak badan?"

Tangan Ara secara reflek langsung menyentuh dahi Dika untuk mengecek suhu tubuh pria itu. Ia tidak merasakan suhu tubuh yang tidak normal, pria itu tidak demam.

"Enggak panas kok, Mas."

"Ya memang. Soalnya aku semalam nggak bisa tidur karena kepikiran sama kamu."

"Hah?"

Ara loading sebentar lalu mendengus kesal tak lama setelahnya.

"Mas Dika, iiih, aku tadi udah deg-degan tahu. Udah lah, ayo, cepet berangkat ntar keburu Pak Garvi ngambek karena kita lama."

Dika langsung menegakkan tubuhnya cepat, lalu memasang pose hormat baru tak lama setelahnya membuka pintu mobil dan mempersilahkan Ara masuk. Tak lupa ia meletakkan telapak tangannya di atas kepala Ara, guna melindungi kepala gadis itu.

Sedikit berlebihan sih sejujurnya menurut Ara, tapi bersama Dika, ia merasa dihargai dan diperlakukan layaknya putri. Dan sejauh ini pun Ara masih merasa cukup nyaman dan tidak masalah akan hal itu, meski terkadang sedikit sungkan juga sih.

"Padahal Ara bisa loh, Mas, buka pintu sendiri."

"Ya memang bisa, berangkat sendiri juga bisa kan sebenernya? Tapi kenapa aku milih jemput?"

Ara pura-pura memasang wajah berpikir. "Karena Mas Dika nggak ada kerjaan?" tebaknya kemudian. Kali ini ekspresinya terkesan seolah sedang serius meski sebenarnya ia bercanda.

Dika yang memang pada dasarnya sensitif seketika langsung cemberut.

"Ra, aku emang nggak kerja kantoran kayak kalian. Tapi gini-gini aku ada kerjaan tahu, jangan gitu lah, nanti aku insecure."

Ara terbahak. "Iya, iya, maaf, bercanda, Mas. Ayo, buruan masuk, ini kalau nggak jalan beneran telat loh. Emang mau Mas Dika kena omel Pak Garvi terus dipaksa kerja di kantor?"

Dika meringis sambil menggeleng cepat. "Serem ya bos kamu itu," ucapnya sebelum ikut masuk ke dalam mobil.

"Bos aku itu juga kakak kamu, Mas," ucap Ara sambil geleng-geleng kepala.

💙💙💙💙

Garvi langsung berkacak pinggang saat keluar dari kamar menemukan sang adik sedang duduk di kursi sambil memperhatikan Ara yang kini sedang sibuk menyiapkan jus untuknya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Garvi dengan suara agak ketus.

Dika melirik sang kakak sekilas lalu kembali fokus memperhatikan Ara yang kini sedang menuang jus ke dalam gelas. "Oh, nggak papa sih cuma mau liat lo sebentar. Gimana date-nya semalam berhasil nggak?"

Mendengar jawaban sang adik, Garvi langsung mendengus. "Pergi lo, ganggu anak buah gue kerja aja."

"Ya kenapa sih? Orang anak buah lo aja nggak protes kok, kenapa jadi lo yang protes?" dengus Dika dengan wajah kesalnya.

Bossy or Besty?Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ