|34|

140 22 9
                                    

💙💙💙💙

Sambil menghela napas, Ara kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sambil menghela napas, Ara kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas. Garvi yang mendengar helaan napas sontak langsung menoleh.

"Kenapa?"

Ara tersenyum samar lalu menggeleng. "Enggak papa, Pak."

"Enggak papa, artinya kenapa-kenapa?"

Kali ini Ara tertawa lalu menggeleng. "Enggak, Pak, yang ini beneran nggak papa."

Garvi menaikkan sebelah alisnya, pertanda kalau ia belum puas akan jawaban yang diberikan oleh Ara.

"Beneran nggak papa, Pak, astaga nggak percayaan amat. Ini loh cuma masalah temen saya batalin ajakan bukbernya."

"Temen?"

Ara mengangguk untuk mengiyakan.

"Bukber sama saya kalau gitu."

Ara meringis lalu menggeleng cepat. "Enggak, Pak, makasih."

"Kenapa?"

"Ya, enggak kenapa-napa. Tapi terima kasih, Pak, atas tawarannya." Ara tersenyum manis.

"Daripada buka sendiri."

"Ya namanya anak rantauan, buka sama sahur sendiri mah udah biasa kali, Pak."

"Halah, biasa-biasa, ntar tahu-tahu ngajak Mahesa. Jujur sama saya, kamu naksir ya sama dia?"

Waduh, kok bosnya tahu aja kalau dirinya berencana mengajak seniornya itu untuk buka bersama. Ia bahkan sudah menyusun rencana akan mentraktir pria itu, kalau semisal ajakannya ditolak.

Ara menghela napas panjang. "Astaga, Pak, bisa nggak sih stop mikir begitu?"

Dengan wajah datarnya Garvi menggeleng.

"Loh, saya ngajak Mas Mahesa bukber nggak lantas bisa dijadikan alasan kalau saya naksir dia lah. Bapak aja juga ngajak saya bukber, tapi Bapak--"

"Kalau saya bilang naksir gimana?" potong Garvi membuat Ara langsung melongo seketika.

"Bercandanya nggak lucu, Pak."

"Jadi masih nggak mau bukber bareng saya?"

Ara mengerutkan dahi sebentar. "Maksudnya tadi Bapak nanya begitu cuma biar saya ikut bukber sama Bapak?" tanyanya heran.

"Enggak mempan?" Garvi malah balik bertanya.

Ara kembali meringis lalu manggut-manggut tak lama setelahnya. "Enggak kok, Pak, mempan."

"Jadi kamu mau bukber sama saya?" tanya Garvi mencoba memastikan.

Ara hanya mampu mengangguk pasrah setelahnya.

"Oke, saya bilang Mama saya sekarang."

"Gimana, Pak?"

"Saya bilang Mama saya," ulang Garvi, "kenapa? Ada masalah?"

Bossy or Besty?Where stories live. Discover now