|31|

132 22 14
                                    

💙💙💙💙

"Ya, halo."

"Halo, Ra?"

Dapat Ara dengar suara Jihan terdengar bergetar. Perasaannya mulai tidak karuan.

"Iya, Han, ada apa? Tumben nelfon malem-malem?"

Hening sesaat. Ara dengan sabar menunggu Jihan mengutarakan niatnya.

"Ra, kalau semisal aku mau minta tolong ke kamu, bisa?"

Ara berdecak kesal. "Kamu ngomong apaan sih? Tanpa kamu minta kalau sekiranya aku tahu dan bisa bantuin kamu, bakalan langsung aku bantu. Sekarang kamu kasih tahu aku, kamu butuh bantuan apa?"

"Aku di stasiun. Bisa jemput aku, Ra? Selain itu aku juga--"

"Hah? Stasiun? Stasiun mana? Kamu di mana sekarang?" potong Ara dengan wajah kagetnya. Perasaannya semakin gelisah tidak menentu.

Ya Tuhan, ia sedang salah paham kan di sini? Ini semua tidak sesuai dengan apa yang ada di otaknya?

"Aku di Jakarta. Di stasiun Gambir."

"Tunggu di sana, aku nyari pinjeman motor dulu."

"Iya, Ra, aku tungguin. Hati-hati ya kamu bawa motornya, jangan ngebut!"

"Hm. Aku tutup telfonnya."

Ara langsung mematikan telfonnya dan segera bergegas menuju kamar Wafi. Salah satu teman kostannya yang memiliki sepeda motor metic.

"Fi, Wafi!" teriak Ara sambil mengetuk pintu kamar Wafi.

Tak butuh waktu lama, pria itu keluar dengan muka bantalnya. "Apaan sih? Gue ngantuk banget ini, lagi enak-enak tidur malah diganggu," gerutunya kemudian.

"Sorry, ganggu malam lo. Gue boleh minta tolong?"

"Apaan?"

"Pinjem motor, gue mau jemput temen gue yang katanya tiba-tiba udah ada di Jakarta."

"Lo mau ke stasiun pake motor?"

"Jam segini nyari taxi online susah, mending pake motor lo aja."

Wafi menggeleng tidak setuju lalu masuk ke dalam untuk mengambil sesuatu. Karena tak lama setelahnya ia kembali sembari membawa kunci.

"Pake mobil aja, kasian ah, udah malem kalau masih lo suruh naik motor."

"Eh, lo ada mobil?" tanya Ara terlihat seperti orang yang sedang keheranan.

Wafi langsung menampilkan wajah tersinggungnya. "Maksud lo apa? Muka-muka gue nggak cocokkah punya mobil?"

Ara menggeleng cepat sambil mengibaskan telapak tangannya. "Eh, nggak gitu maksud gue, Waf. Kan biasanya lo kalau ngantor pake motor."

"Ya masalahnya gue males kalau pake mobil, Jakarta macet, Ra. Lagian susah parkirnya lah, jadi mending mobil gue taroh di rumah gue kalau pergi-pergi naik motor. Gue kemarin abis pulang buat ambil mobil soalnya mau ada acara kantor."

Ara manggut-manggut cepat. "Oke, thanks ya. Kapan-kapan gue traktir, sekarang gue jemput temen gue dulu. Ntar langsung gue balikin kok."

"Santai," balas Wafi, "besok aja balikin kuncinya, jangan langsung lo balikin. Gue mau tidur, nggak mau diganggu," sambungnya kemudian. Ia kembali melanjutkan kalimatnya saat teringat sesuatu, "eh, bentar, tapi lo beneran bisa bawa mobil kan?"

"Bisa, bos gue kadang nggak mau pake supir kantor kok, jadi yang nyetirin gue."

Wafi manggut-manggut paham. "Ya udah, yang penting hati-hati aja bawanya. Nggak usah ngebut, yang penting selamat sampai tujuan."

Bossy or Besty?Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon