|44|

156 22 20
                                    

💙💙💙💙

"Mau ke mana, Ra?"

Ara reflek langsung menoleh ke asal suara dan menemukan Fani yang sama sepertinya baru keluar dari kamar.

"Cari makan."

"Mau cari makan apa? Ikut sekalian dong, gue juga mau nyari makan nih."

Ara mengangguk tidak masalah. "Ya, udah ayo," ajaknya kemudian.

Fani manggut-manggut antusias lalu merangkul lengan Ara. Ekspresinya kemudian terlihat berpikir serius.

"Hm, enaknya makan apa ya malam ini? Lo mau makan nasi apa enggak?"

Ara mengangguk sebagai tanda jawaban.

"Nasi Padang apa sama ayam geprek? Eh, tapi bebek goreng sama sambelnya Pak Mahmud enak deh kayaknya, beli itu aja, yuk!"

Kali ini Ara menggeleng tidak setuju. "Males. Jauh. Harus naik motor lah kau ke sana, Fan."

"Ya elah, gue yang bawa motornya, lo tinggal duduk manis di belakang gue."

"Keburu laper ntar temen gue. Ke warung nasi Padang aja lah yang deket no ribet-ribet."

"Oh iya, lo sekarang ada temen kan ya. Gimana sekarang dia?"

Ara mengerutkan dahinya tidak paham. "Gimana apanya?"

"Ya maksud gue kerjaannya, gue denger-denger dia masih sering cuciin baju anak-anak kost loh. Belum dapet kerja juga dia?"

Mendengar cerita Fani, Ara langsung menghentikan langkah kakinya. "Hah? Serius lo, Fan? Padahal dia udah ada kerjaan loh, tapi masih nyuciin baju anak-anak?"

Kali ini giliran Fani yang kaget. "Hah? Dia udah ada kerjaan? Gue pikir belum makanya anak-anak nggak tega terus pada ngeiyain pas ditawarin mau dibantuin nyuci baju apa enggak. Ya ampun, besok gue bilangin deh ke anak-anak."

Ara menghela napas sedih. "Pantesan dia keliatan kecapekan, dia itu kerjanya udah bantu bebersih apartemen bos gue, sekarang ikut bantu beberes di rumah nyokap bos gue. Terus ditambah harus nyuci baju buat anak-anak. Apa nggak makin capek?"

"Ya udah, ntar lo coba kasih tahu pelan-pelan. Cuma usahain lo jangan pake emosi, coba ngertiin juga posisi dia sebagai calon ibu tunggal. Semua pasti nggak mudah buat dia, terus biaya lahiran kan mahal, Ra, wajar kalau dia pengen nyari buat tambah-tambah."

Ara mengangguk paham. Lalu keduanya kembali melanjutkan langkah kaki mereka menuju warung makan.

"Oh ya, Ra, gue keinget sesuatu. Gimana hubungan lo sama Evan? Udah sejauh mana sekarang?"

Ara langsung merespon dengan dengusan. "Bagaikan langit dan bumi."

"Buset, jauh amat perumpamaannya?" protes Fani.

"Ya emang jauh, pokoknya gue nggak bisa deh sama dia. Nggak cocok banget kita. Sibuk banget dia, kita masih pdkt aja sesusah ini buat ketemu, apa lagi jadi? Males banget."

"Ya, lo juga sibuk kali makanya susah ketemu."

"Nah, makanya itu, karena gue sibuk dia juga sibuk maka kita susah ketemu. Nggak cocok kita, Fani. Sampai sini paham?"

Fani tidak menjawab dan hanya mampu mengerucutkan bibirnya.

💙💙💙💙

"Apa menurut lo gue balik ke Korea lagi aja ya?"

Mahesa langsung tersedak kopinya saat mendengar pengakuan putus asa Dika. Tatapan matanya seketika langsung berubah iba.

"Ka," panggil Mahesa hati-hati.

Bossy or Besty?जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें