|19|

160 27 14
                                    

💙💙💙💙

Spontan Ara langsung menoleh ke arah pintu yang terdengar diketuk. Ia menghentikan kegiatan membersihkan sisa make up-nya lalu berdiri, berjalan menuju arah pintu lalu membukanya.

Di sana ada Fani, salah satu teman kostnya yang masih duduk di bangku kuliah. Sebenarnya mereka seumuran tapi berhubung Fani tidak langsung masuk universitas begitu lulus SMA, jadi ya gadis itu sekarang masih kuliah sambil bekerja.

"Ngapain?" tanya Ara heran.

"Udah makan belum lo?" Bukannya menjawab, Fani malah balik bertanya.

Ara kemudian menjawab dengan gelengan kepala.

"Jajan, yuk!" ajak gadis itu.

"Males ah, gue udah apus make up nih," tolak Ara sambil menggeleng tidak setuju.

"Ya elah, cuma ke depan doang nggak usah pake make up juga lo udah cakep. Gue laper beneran nih tadi rencana mau makan malem sama cowok gue, eh, mendadak dia harus lembur jadi gue belum sempet beli makanan tadi."

"Males."

"Gue traktir deh."

"Yok, gas!" sahut Ara tanpa banyak berpikir, "bentar, gue pake lip tint dikit." Ia pamit sebentar lalu masuk ke dalam kamar untuk memakai lip tint dan mengambil ponselnya. Setelah ketemu ia langsung keluar dan mengajak Fani untuk segera pergi.

"Giliran gratis cepet lo, padahal nih ya kalau dipikir-pikir gaji lo sama gaji gue banyakan gaji lo."

Ara tidak membalas, perempuan itu hanya merespon dengan mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Meski ia termasuk golongan yang berpenghasilan tinggi tapi yang namanya gratis tetap saja susah untuk dia tolak.

"Mau makan apa nih kita?" tanya Ara sambil merangkul lengan Fani, kepalanya ia sandarkan pada pundak gadis itu secara spontan, "yang berkuah gitu enak deh kayaknya."

"Gue pengen makan nasi goreng. Lo kalau mau yang berkuah beli sendiri, gue ogah bayarin."

Bibir Ara manyun lucu. Ingin rasanya ia protes, tapi berhubung ia harus tahu caranya bersyukur jadi ia diam dan menurut. Dari pada gagal makan gratis kan? Mending dia nurut.

"Gimana kuliah lo?"

"Ya enggak gimana-gimana, gitu-gitu aja. Lo kayak nggak pernah kuliah aja. Udah lah, diem aja lo, nggak usah kayak Bapak gue sok nanyain kuliah segala, males gue bahas ginian."

Ara tertawa sebentar lalu mengangguk paham. Ia mencoba paham karena posisinya Fani tidak hanya berkuliah saja tapi disambi bekerja juga. Pasti tekanannya lebih besar. Mungkin.

Sesampainya di abang tukang nasi goreng mereka langsung memesan.

"Bang, nasi goreng dua dibungkus ya, acarnya yang banyak, agak pedes dikit yang satu pedes banget."

"Kenapa nggak dimakan di sini aja sih, Neng?" tanya si abang penjual nasi goreng.

Fani menatap penjual itu dengan ekspresi datar. "Tinggal dibikinin apa susahnya sih, Bang? Apa mau nih saya nyari tukang nasi goreng yang lain?" ancamnya kemudian.

Ara yang mendengar itu langsung menegurnya. "Kenapa sih, Fan? Sensi banget lo?"

"Tahu, lagi berantem sama Mas pacar itu pasti, Neng," sahut si abang penjual nasi goreng.

Mood Fani yang tidak begitu bagus langsung berdiri. "Ayo lah, Ra, kita cari makanan lain."

Hal ini membuat si abang penjual nasi goreng langsung panik. "Buset dah, Neng, iya, iya, Abang diem. Ini dibikinin, santai dulu kenapa?"

Bossy or Besty?Where stories live. Discover now