CC: 23

1.7K 325 104
                                    

Challenge di part sebelumnya belum terpenuhi, tapi emang ada yang janggal. Karena, kalau challenge dikit, biasanya cepat terpenuhi.

Dan emang ada beberapa yang infoin, kalau notifikasi update nggak masuk. Mungkin, karena kemarin aku upadate otomatis bukan manual. Jadi, aku update hari ini.

AKU BAKAL DOUBLE UP, dengan syarat

100 Vote + 100 Komentar

Happy Reading

Sunyi, ketika papan nama terukir nama Chalista Syam, lengkap dengan tanggal lahir dan tahun kepergiannya yang meninggalkan luka bagi sebagian orang. Satu per satu pelayat mulai meninggalkan pemakaman, bahkan kedua orangtuanya—Nicholas Syam dan Lidia Marsya. Kini, hanya tersisa seorang anak laki-laki berusia 17 tahun dengan kaca mata hitam dan masih berjongkok memegang papan nama milik sang Kakak.

Liberty mulai membuka kaca mata hitam yang sedari tadi menutupi lukanya. Mata yang merah dan menahan bulir bening yang bisa mengalir kapan saja. Kepergian Chalista bagaikan petir yang datang menyambarnya. Mendapatkan kabar, bahwa Chalista telah pergi untuk selamanya seakan merobohkan pertahanan yang selama ini dia buat. Banyak pertanyaan yang ada di benaknya, tapi tidak bisa dia utarakan, semua teras kelu. Pada akhirnya, seperti yang sebelum-sebelumnya dia memilih untuk diam.

"Lista," lirihnya dengan getaran di bibirnya.

Bersamaan dengan nama yang selalu dia panggil, pertahanan kokoh itu tidak lagi bisa menopang kesedihan dan bulir bening seakan menetes di gundukan tanah. Gemuruh yang terdengar dengan langit yang telah menampakkan awan pekat hitam. Hingga, satu per satu rintik itu jatuh membasahi bumi.

Kepalan kuat di tangan, seakan tidak akan pernah cukup untuk membiarkan emosi yang terpendam meluap. Chalista harus tahu, betapa berarti dirinya bagi seorang Liberty. Chalista harus tahu, bahwa alasan Libertyl. hidup saat ini adalah karena seorang Chalista.

Chalista Syam, seorang kakak perempuan dari Liberty yang memiliki jarak umur empat tahun darinya. Memori ingatan beberapa tahun silam kembali berputar. Chalista yang selalu menemaninya bermain, belajar dan Chalista yang selalu memberikan coklat yang dia punya, padahal adiknya sudah mendapatkan jatahnya. Ya, Chalista yang selalu mengalah dan memberikan kebahagiannya untuk Liberty-nya, tapi pada akhirnya dia menyerah untuk bertahan dan memilih pergi.

Chalista terlalu banyak mengalah untuknya, bahkan membiarkan kebahagiaannya direnggut agar Liberty bisa bahagia nantinya dengan pilihannya. Chalista yang selalu berusaha membanggakan kedua orangtua mereka, agar nantinya orangtua mereka tidak perlu membuat adiknya tidak bahagia dengannya.

Terlalu banyak yang luka yang dia simpan, dan Liberty pikir semua karena dirinya.

Hembusan napas berat keluar, beriringan dengan bulir bening kesedihan yang penuh duka dan terus mengalir. Serta, rintik hujan yang kini mulai deras berjatuhan. Namun, hingga air itu menyentuh tanahnya bumi lebih deras. Liberty tidak bisa merasakan, air langit membasahinya. Dia mendongakkan kepalanya, ada payung berwarna hitam yang kini menahan air hujan tidak membasahi tubuhnya. Dan, ketika dia melihat seseorang yang memegang payung itu. Seakan waktu berhenti dan hujan tidak bisa membasahi bumi untuk beberapa saat.

Seorang perempuan dengan pakaian dress terusan berwarna hitam selutut dengan rambut yang diikat satu. Perempuan yang pernah membuat kisah indah di hidup Chalista, walau hanya sejenak. Perempuan itu tersenyum kecil yang terlihat dari sudut bibirnya dan senyumannya seolah mengatakan, bahwa Liberty tidak sendirian.

"Li, ayo pulang!" pinta seorang Sunny yang menatap Liberty dengan tatapan paling tulus yang pernah dia berikan.

*

CHAMPION CLASS and the WINNEROpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz