CC: 9- Taraxacum

5.8K 1K 517
                                    

Taraxacum - Dandelion

Happy Reading

Hembusan angin yang membawa rambut panjang Melody menari, serta desiran ombak sebagai pengganti musik malam ini, cukup menghibur Melody. Menyusuri lembutnya pasir pantai, dengan tangan kanannya yang digenggam oleh Morland. Membuat Melody sedikit lupa dengan masalahnya.

Serta, mendengar suara Itzel yang memaksa Memo untuk berjalan di atas pasir pantai. Tapi terlihat Memo takut untuk menyentuhkan kakinya ke pasir. Memo seakan tidak mau lepas dari pelukan Itzel. Tentunya, Itzel, Morland dan Melody tertawa, melihat tingkat hewan berbulu itu.

Memo—si kucing jantan pemberian dari Morland untuk Melody, saat mereka ada di kelas 10. Saat itu, Morland datang dengan seekor anak kucing berumur dua bulan, dengan warna bulu abu-abu. Memo sendiri adalah singkatan dari Melody dan Morland. Morland yang memberi namanya. Sekarang Memo telah berumur hampir dua tahun.

Melody tidak hanya memperhatikan kucingnya, tapi juga dengan Itzel yang tertawa lepas. Membuat kedua sudut bibir Melody membentuk sebuah kurva.

"Gue senang ngelihat Itzel bahagia," ujar Melody sambil memandang ke arah Itzel.

Morland menoleh ke arah Melody. Dia melihat senyuman yang tulus di wajah pacarnya ini.

"Gue juga senang, ngelihat lo bahagia!"

Melody, seketika menoleh ke arah Morland. Dia menatap mata laki-laki ini. Cukup lama.

"Morland!"

"Hem?" Morland membalas tatapan itu dengan lembut, tenang, seakan dunianya hanya pada Melody.

"Gimana, kalau seandainya, kisah kita nggak berakhir indah?"

Seketika, senyuman di bibir Morland perlahan memudar. "Maksud lo apa?"

"Lo paham maksud gue apa."

Morland berpikir sejenak. Tidak lama, dia membuat posisi tubuhnya saling berhadapan dengan Melody. Kedua tangannya memegang bahu Melody. Menatap sepasang mata indah Melody. Seolah mengatakan, tidak akan ada hal buruk terjadi pada hubungan kita. Tapi Melody tahu, kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Namun kali ini, Melody akan mendengarnya langsung dari Morland. Bagaimana laki-laki di depannya ini menghilangkan kegelisahannya.

"Melody, lo tahu. Kalau lo, memiliki tempat khusus di dalam diri gue. Tempat yang nggak akan tergantikan oleh siapa pun. Lo hadir bukan hanya karena gue jatuh cinta sama lo. Tapi, karena gue menemukan, bahwa lo adalah tempat ternyaman bagi gue. Kehadiran lo, ngebuat gue bisa jadi diri sendiri. Ngebuat gue merasa, kalau gue punya rumah untuk pulang. Dan membuat gue bisa menerima kekurangan dan kelebihan gue, Melody."

Melody terdiam mendengarnya. Terkadang, kegelisahan akan kehilangan sesuatu yang tampak baik-baik saja itu menakutkan dan menyesakkan. Karena itu, Melody membuat jarak mereka semakin menipis. Sepasang tangannya, dia lingkarkan di pinggang Morland. Menyandarkan kepalanya di dada bidang kekasihnya.

"Jangan pergi ya Land. Jangan tinggalin gue. Kalau bosan, tolong bilang. Jangan menghilang!"

Morland membalas pelukan itu. "Iya, gue nggak akan pergi, kalau lo nggak izinin."

"Land—"

"Sekalipun lo mengizinkan gue pergi, gue nggak akan pernah pergi."

Melody tersenyum, tadinya dia ingin mendorong laki-laki ini. Dia pikir, Morland berniat untuk pergi darinya.

Sementara itu Itzel telah memandangi Morland dan Melody sedari tadi, dia menggendong Memo di pangkuannya.

"Lihat Memo, Papa sama Mama kamu. Kalau udah bucin, suka lupa sama orang-orang di sekitar. Serasa dunia milik berdua."

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang