CC- 13: Paeonia

5.4K 712 265
                                    

Happy Reading

Rain menatap atap-atap kamar, pikirannya berkelana kala mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Jika benar Florence tidak berbohong, itu artinya benar ada yang masuk ke villa mereka. Apa benar-benar maling atau ada sesuatu yang lebih dari itu. Sesudah kejadian orang tidak dikenal itu juga, acara mereka dihentikan, karena orang itu tidak ditemukan.

Namun, tidak lama Rain tersentak dari lamunannya, saat ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Kak Arnesh♡: Tebak, aku ada di mana?

Dengan gerakan jarinya yang lincah, Rain segera membalas.

Rain: Ada di hati Rain, hahaha

Rain tersenyum kala membaca jawaban yang dia buat.

Kak Arnesh♡: Benar, tapi ada jawaban yang lebih betul lagi

Rain: Di mana emangnya yang paling tepat, selain di hati Rain, oh mas pacar

"Gila emang gue," lirih Rain.

Kak Arnesh♡: Ada di depan villa kamu
Kak Arnesh♡: Kamu bisa keluar sebentar?
Kak Arnesh♡: Kakak kangen kamu
Kak Arnesh♡: Mau peluk, boleh?

Mata Rain seketika membulat membaca pesan dari Arnesh. Dia juga hampir saja berteriak, tapi tertahan, mengingat teman sekamarnya adalah Sunny dan Melody. Bisa-bisa kedua gadis ini, akan membunuhnya jika Rain mengganggu tidur mereka di jam 3 pagi.

"Hampir aja gue bangunin singa sama harimau tidur," lirih Rain, sedikit merinding.

Oleh sebab itu, Rain dengan pelan-pelan turun dari tempat tidurnya. Sebelum itu, Rain menarik selimut Sunny sampai ke atas dada Sunny. Rain segera keluar dari kamarnya, berusaha tidak menimbulkan suara. Sesampainya di lantai bawah, gadis itu segera ke pintu utama dan membuka pintu. Rain terdiam sesaat, menatap seorang laki-laki tinggi yang tengah bersandar di badan mobil dan menatap Rain dengan tatapan yang hangat. Rain sudah tidak bertemu dengan laki-laki itu sekitar satu minggu lamanya.

Ketika Arnesh merentangkan tangannya, Rain segera berlari menghampiri Arnesh dan masuk ke dalam pelukan hangat milik kekasihnya.

"Kakak kenapa nggak ngabarin Rain dulu kalau mau ke sini?" tanya Rain sambil mendongak menatap Arnesh.

Rain menatap mata tajam milik Arnesh. Tapi, laki-laki itu menatapnya dengan lembut, seolah Rain adalah rotasi dunianya. Tangan mungil Rain juga masih setia melingkar di pinggang kokoh milik Arnesh.

"Kakak, kan, mau kasih surprise buat Rain!"

Rain tersenyum manis, tapi tidak lama senyuman itu berubah. Bibirnya mengerucut dan dia melepaskan pelukannya pada Arnesh.

"Bahaya tahu, Kakak berangkat malam-malam ke sini itu bahaya! Kalau terjadi apa-apa gimana? Rain nggak suka!"

Arnesh tersenyum mendengar ocehan Rain, menurutnya bukan menakutkan, tapi Rain terlihat sangat imut di matanya.

"Malah senyum, Rain lagi marah sama Kakak!"

"Yakin masih mau marah, kalau Kaka bawa ini..." Arnesh menjeda ucapannya, dia membuka pintu depan bagian mobilnya, dan tidak lama dia menampilkan sebuah paper bag kepada Rain. "... Kakak bawa donat kesukaan Rain!"

Benar saja, seketika Rain menampilkan senyuman lebar yang terukir di bibir kecilnya. Dia langsung menerima paper bag itu. "Terima kasih Mas Pacar!"

Arnesh mencubit pelan pipi Rain yang chubby. "Sama-sama Mbak Pacar!"

"Kakak, mau makan bareng ini nggak sama Rain? di sana ada taman dan pemandangannya juga bagus, Rain mau natap langit dan makan kue ini sama Kakak!"

CHAMPION CLASS and the WINNERWhere stories live. Discover now