12. Perselisihan

24 2 60
                                    

Terimalah dirimu apa adanya, karena kamu sebenarnya sangat berharga.

-Number of Time-

Jin merasa canggung ketika Aiko menutup mulut tanpa mengatakan apapun setelah manyantap makanan di kantin.

Ia menghela napas dan berkata, "Aiko, aku tau kamu sedang sedih, tapi jangan terlalu terbebani. Kapan seseorang meninggal, kita nggak pernah bisa meramalkannya." Jin menghela napas. "Mari kita mendoakan agar bu Kelly diterima di sisi-Nya yang terbaik."

Sang lawan bicara mendengkus. "Iya, Jin. Tapi, Bukan itu yang kupikirkan," timpal Aiko.

Jin mengerutkan dahi. "Lalu?"

Cewek di hadapannya menatap dalam-dalam. Tanpa sadar, mereka telah menjadi pusat perhatian.

"Kamu masih ingat soal nomor yang kulihat setelah kecelakaan waktu itu?" tanya Aiko yang dijawab anggukan oleh Jin.

"Asal kamu tau, Jin. Kemarin-kemarin waktu nggak sengaja lihat nomor yang ada di tangan bu Kelly itu jumlah nomornya tinggal sedikit. Dan sekarang tiba-tiba ada kabar meninggalnya bu Kelly. Aku merasa ada yang aneh, Jin. Aku rasa nomor yang kulihat itu  menunjukkan sisa waktu hidup seseorang," jelas Aiko panjang lebar.

Jin mengulum senyum, lalu menggeleng pelan. "Aiko, tenanglah. Semua yang kamu lihat cuma halusinasi. Umur itu nggak ada yang tau, yang terpenting kita fokus memperbaiki diri untuk bekal di akhirat nanti."

Aiko merasa terpukul kala melihat nomor di tangan Jin. Nomor 12.960. Itu adalah jumlah waktu yang tersisa untuk Jin. Jin memiliki begitu banyak hal yang ingin dia lakukan, tapi dia tidak menyadari bahwa waktu hidupnya semakin berkurang.

Dengan berat hati, Aiko kembali menatap Jin, merasa terombang-ambing antara ingin memberitahunya tentang sisa umurnya dan tidak ingin membuatnya khawatir. Meskipun Jin mungkin tidak akan percaya pada kata-katanya, tapi Aiko yakin bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah sebuah amanah dari Tuhan untuk menjaga seseorang yang begitu dekat dengannya.

Dalam diam, Aiko berjanji untuk melindungi Jin sebisa mungkin, meskipun itu berarti menyembunyikan kebenaran yang pahit dari dirinya.

"Jin, tolong jangan pergi sekarang," ujar Aiko.

Jin mengangkat sebelah alisnya. "Pergi? Aku, kan, masih di sini, Aiko. Nggak akan pergi kemana-mana." Akan tetapi, tatapan tajam dari Aiko membuatnya merasa ada yang salah. "Apa maksudmu, Aiko?" tanyanya, sedikit bingung.

"Aku hanya nggak mau kamu meninggalkanku," ucap Aiko bersuara lembut, tapi jelas penuh perasaan.

Semakin dibuat bingung, tawa lepas pun tiba-tiba pecah dari Jin, memperlihatkan sisi humor yang belum pernah dilihat oleh Aiko sebelumnya. Semua orang yang melihat di kantin ikut terpukau.

"Dasar, cewek aneh," ujar Jin sambil berdiri. "Aku pergi duluan, ya. Udah selesai, kan, makannya?"

Aiko memalingkan wajah sembari melipat kedua tangan di dadanya. "Iya, silakan pergi aja," jawabnya singkat.

"Dih, tadi minta aku untuk tidak pergi, sekarang malah mengusir. Ya udah, bye!"

Saat Jin benar-benar meninggalkan tempat itu, Aiko merasa mendung dalam hatinya. Setelah itu, ia baru sadar bahwa semua mata kini tertuju padanya.

Aiko mengembuskan napas kasar. Lalu, berdiri dan melenggang pergi. Ia berjalan dengan langkah ringan di tengah keramaian, merasakan getaran hati yang berdebar ketika mendengarkan perbincangan orang-orang mengenai kabar kematian bu Kelly.

Number of TimeWhere stories live. Discover now