24. Sendiri

28 4 1
                                    

Kangen banget sama kalian.

Happy reading cintahhh❤️❤️

— MY SOLDIERS —

Sepasang kelopak mata mulai terbuka dengan perlahan.

Cahaya putih langsung masuk ke retina matanya membuat ia menyipit. Pandangannya kabur berangsur membaik.

Tenggorokannya terasa sakit karena sebuah selang yang masuk di dalamnya. Tubuhnya penuh tertempel dengan alat penunjang hidup yang bunyinya langsung terdengar nyaring di telinganya.

Ia terdiam beberapa saat sambil merasakan sakit di sekujur tubuhnya hingga pintu ruangan terbuka dan beberapa orang menghampirinya dengan baju biru, penutup rambut, sering masker yang merekat di badan mereka.

"Anda bisa dengar saya?"

Pria itu mengerjap beberapa kali sebagai respon. Mereka lalu langsung melakukan banyak pemeriksaan untuk dirinya.

— MY SOLDIERS —

Seorang pria duduk bersandar di atas brankar rumah sakit dengan tatapan kosong. Sungguh, perkataan dokter tadi ketika ia seratus persen siuman membuat dirinya hampir hilang kesadaran kembali.

Ia menatap selimut yang menutupi setengah badannya. Perlahan air matanya mengalir.

"Lumpuh?"

Ia berusaha menggerakkan kakinya namun berakhir sia-sia. Kakinya mati rasa. Tangannya terulur menyentuh kaki lalu menyingkap selimut.

Sebuah perban membungkus kakinya. Kakinya terluka hebat akibat ledakan bom hingga beberapa sarafnya putus.

Air matanya semakin mengalir deras. Ia membungkuk lalu menangis tersedu-sedu sambil menutupi wajahnya menggunakan telapak tangan.

"Gue ga mau lumpuh..." Ucapnya sangat lirih.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar membuat Shaka langsung menghapus air matanya. Ia menatap seorang dokter beserta dengan satu perawat memasuki kamar inapnya dengan mata memerah.

"Maaf, Mas Shaka. Saya kemari mau bilang sesuatu." Shaka mengangguk. "Nanti sore, Mas sudah diminta keluarga untuk pulang."

"Pulang?" Shaka tercengang. "Sa-saya baru sadar, Dok."

Wanita bersneling putih itu menunduk sambil menghela nafasnya. "Sebenernya kami juga menolak permintaan dari keluarga anda. Tetapi ayah Mas tetap maksa untuk anda rawat jalan saja."

Shaka bergeming. Sendari bangun sekitar empat jam lalu, ia tidak melihat sama sekali keberadaan anggota keluarganya.

"Apa– mereka ada di luar?"

Wanita itu mengalihkan tatapannya dan menatap lantai. Dengan sungkan beliau menggeleng kecil. Pasti berat untuk seorang Ryshaka menerima semua ini tanpa satupun orang terdekat di sisinya.

Shaka menelan pil pahit di hatinya secara utuh. Keluarganya tau kan jika dirinya sudah sadar? Kenapa tidak ada yang menjenguk atau bahkan menemaninya?

MY SOLDIERSWhere stories live. Discover now