Pertama

170 13 2
                                    


Selamat datang di karya ku lagi! Kalau ada kesamaan nama tokoh atau judul cerita itu faktor tidak kesengajaan sebab ini cerita murni hasil pemikiran ku. Semoga kalian suka dengan ceritanya. Jangan lupa vote and komen dan juga Follow aku yahh, Thanks and enjoy!

***

Seorang pemuda dengan jaket hitam tersebut berlari kencang di Koridor. Keadaan sekitar nampak sepi, semua murid sudah memasuki kelas masing-masing. Hanya tersisa dia saja yang sebenarnya tak diizinkan masuk namun dirinya memanjat tembok belakang sekolah. Bukannya apa dia melakukan hal ekstrim seperti itu, namun guru yang mengajar hari ini sangat kejam.

Dengan nafas yang tersengal akhirnya ia tiba didepan kelasnya. Saat mengintip dari cela pintu, dapat dia lihat semua murid sudah duduk dengan rapi menyisakan bangkunya saja yang kosong.

"DIMANA HARDIKA!"

Semua murid yang berada dikelas tersentak begitu pun Pemuda yang berada diluar kelas saat guru itu memukul meja menggunakan kayu panjang.

Dengan pelan pemuda itu membuka pintu lalu masuk dengan langkah kaki pelan, "Hadir bu." Cicitnya.

Pemuda yang tak lain bernama Hardika tersebut ditatap tajam oleh guru laki-laki yang berada di depannya. Semua murid ikut menatap Hardika dengan tatapan kasian.

Guru laki-laki dengan kumis khas itu mendekat dengan pelan kearah Hardika, membuat jantung pemuda itu serasa berdegup begitu kencang.

"Habis lo, Dik." Ucap salah satu murid disana dengan pelan.

"KAMU TAU JAM BERAPA?"

Hardika mengangguk cepat.

"LALU KENAPA BARU DATANG!"

"M-maaf, tadi saya buang air besar pak."

Lantas seisi kelas riuh dengan suara tawa sebelum suara itu redam karena mendapat tatapan melotot dari sang guru.

Hardika hanya bisa berdoa, semoga nilainya tak dikurangi lagi. Nilainya sudah pas-pasan, kalau dikurangi bisa-bisa tak jadi lulus nantinya.

"Lari 5 putaran di lapangan, setelah itu menghadap ke saya di kantor! Cepat!"

Pemuda itu hanya bisa pasrah. Toh, ini salahnya. Ia berjalan lemas kearah bangkunya lalu menyimpan tasnya disana. Teman sebangkunya menatap iba kepada pemuda itu, sebelum Hardika keluar dari ruangan tersebut.

Dirinya menatap lapangan olahraga yang begitu luas, lalu mengarahkan kepalanya keatas. Sangat panas. Bulu-bulu halus di lengannya berdiri saat membayangkan bagaimana panasnya saat berlari disana.

"KENAPA BENGONG? LARI!"

Hardika berdecak sebal. Guru itu sungguh tak ada belas kasihan, bagaimana kalau dia pingsan disana, tak mungkin akan seperti di film-film yang tiba-tiba saja ketemu jodoh karena di hukum.

Pemuda itu mulai berlari mengelilingi lapangan dengan panas yang begitu menusuk. Jam menunjukkan pukul 8.30, walau begitu matahari terasa menusuk. Pantas memang dirinya dihukum, sebab mata pelajaran pertama sebentar lagi akan berakhir.

Ini bukan salahnya. Kemarin dia dan teman nongkrongnya membuat tantangan, siapa yang tidur duluan akan dicukur alisnya. Hardika tidak mau kehilangan alis cetarnya, jadi dia memilih begadang.

Partner Of Love [Markhyuck]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora