kita ini apa?

1 0 0
                                    

Putri terus-terusan menatap layar ponselnya, ia sungguh berharap sang kekasih akan menelponnya kembali atau bahkan membalas pesan yang ia kirim sejak tadi malam, sayangnya pesan itu hanya dibaca oleh sang kekasih, seperti enggan untuk di balas.

Putri berdecak sebal dan sedikit membanting sendok yang ia pakai untuk sarapan pagi ini. Selalu seperti ini kekasihnya itu sering sekali tidak ada kabar, walaupun rumah mereka hanya berjarak beberapa langkah saja dan fakultas mereka bersebelahan tapi tetap saja rasanya sangat sulit sekali bagi mereka untuk bertemu. Apa sesulit itu bagi kekasihnya untuk membalas pesannya.

"Kenapa sih put?" Tanya Tiara sedari tadi ikut kesal dan jengah dengan tingkah laku putri yang sedikit-sedikit melirik ponsel sedikit-sedikit berdecak sebal dan membanting sendok ke piring.

Putri hanya menggeleng sebagai jawaban tetapi dengan wajah yang terus-terusan di tekuk.

"Yaudah habisin sarapannya jangan handphone aja yang kamu lihatin, telat baru tau rasa" ucap Tiara.

Putri hanya mengangguk sebagai jawaban dan setelahnya Tiara beranjak dari meja makan, mungkin kembali ke kamarnya untuk mengambil tas dan beberapa keperluan nya.

"Pagi put" sapa seseorang yang tau-tau sudah duduk disampingnya.

Putri memutar bola matanya malas saat melihat orang tersebut "mas fajar tuh ngapain kesini pagi-pagi" ucap putri dengan nada yang cukup kesal.

"Jemput ara lah put" jawab fajar.

"Ga capek apa ditolakin Mulu sama kak Ara, mending mas fajar pergi deh sebelum diamuk kak Ara" ucap putri.

Pasalnya putri sudah sangat bosan melihat drama sang kakak yang menolak dan memarahi fajar, karena memang sang kakak tidak suka berangkat dengan orang lain.

"Lo tuh dukung gua kenapa sih put" ucap fajar ikut-ikutan kesal, karena merasa tidak ada orang yang mendukung dirinya sama sekali.

"Lo ngapain lagi sih jar?" Ucap Tiara yang sudah siap dengan tas dan jas praktikum yang tersampir di lengannya.

"Jemput Lo lah Ra" ucap fajar tersenyum hangat pada Tiara.

Tiara hanya memutar bola matanya malas, sungguh senyum itu malah terlihat menyebalkan bagi Tiara.

"Berapa kali sih gua harus bilang, gua ga perlu di jemput-jemput gini, gua punya supir pribadi yang bisa nganterin gua kemana-mana, jadi Lo ga perlu repot-repot gini jar" jelas Tiara dengan nada yang syarat akan ke kesalan.

"Gua ngerti, tapi gua pengen aja berangkat bareng Lo, apa salah nya sih, sekali aja Ra" ucap fajar dengan nada yang memohon.

Putri hanya memandang datar perdebatan antara Tiara dan fajar sesekali matanya masih melirik ke arah ponsel miliknya. Putri masih berharap kekasihnya itu membalas pesan darinya.

"Salah karena gua ga mau berangkat bareng Lo, mendingan Lo jemput Nabila aja sana daripada gua" ucap Tiara beranjak dari sana meninggalkan putri bersama fajar.

Putri berdiri menepuk pelan bahu fajar pelan "dibilangin ngeyel sih" ucap putri menyambar tasnya dan menenteng jas praktikumnya setelahnya berjalan keluar rumah.

"Berangkat sekarang dek?" Tanya supir pribadi miliknya.

"Iya pak, tapi nanti bapak tunggu di depan rumah lutfi yaa, putri mau kesana bentar" ucap putri berjalan keluar dari gerbang rumahnya untuk menuju rumah lutfi.

"Loh putri ngapain disini? Nyari lutfi?" Tanya Hafizah saat putri sudah berada di halaman kediaman narapati.

Putri mengangguk "kamu sendiri ngapain zah?" Tanya putri.

tentang kitaWhere stories live. Discover now