Nabila chairunnisa narapati gadis dengan pemilik senyuman yang sangat manis dan cantik. Manik bulatnya itu selalu berbinar cantik persis seperti milik sang bunda.
Sedikit banyak gadis itu menuruni wajah dan sikap sang bunda. Tutur kata dan tindakan gadis itu bahkan sangat halus dan lemah lembut karena memang begitulah didikan orangtuanya kepada dirinya.
Orangtuanya mendidik Nabila keras bukan tidak sayang pada Nabila tapi karena Nabila adalah anak pertama yang mana harus menjadi contoh yang baik untuk kedua adik kembarnya. Walaupun rasanya Nabila ingin sekali berkata bahwa ia sudah lelah dengan semua ini tapi ia tidak sanggup mengatakan hal tersebut kepada ayah dan bundanya.
Alasannya hanya satu Nabila tidak ingin menyakiti hati ayah dan bundanya. Karena bagaimanapun bunda adalah orang yang melahirkan nya ke dunia ini serta ayah dan bundanya juga sudah susah payah merawat, membesarkan, dan membiayai hidup Nabila sampai saat ini.
Nabila memang sangat berbeda dengan teman-teman satu komplek perumahannya yang bisa menghabiskan masa kecil dengan bermain dan tertawa sepuasnya. Nabila kecil hanya bisa menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengejar nilai setinggi-tingginya karena ia tidak ingin sang ayah dan bunda marah apalagi sampai mereka kecewa.
Di pagi hari Nabila akan sekolah sampai jam lima sore, setelahnya ia harus melanjutnya dengan bimbel sampai pukul sepuluh malam. Di hari sabtu ia akan fokus berlatih ballet dan berlatih musik dan vokal di hari Minggu. Tentu saja semua itu atas keinginan ayah dan bundanya.
Bahkan sampai sekarang Nabila masih menekuni semuanya les vokal dan musik serta ballet. Padahal kuliahnya saja sudah memakan tenaga yang sangat luar biasa. Belum lagi cahyo yang menuntut Nabila harus meraih nilai sempurna dalam setiap ujian blok.
Sampai sekarang pun tidak ada waktu untuk Nabila agar bisa bernafas dengan lega ataupun beristirahat dengan tenang walaupun hanya seharipun itu tidak pernah ada. Dirinya selalu dikejar-kejar seluruh perintah dan keinginan ayah dan bundanya.
Pada dasarnya Nabila adalah anak yang sangat pendiam dan sedikit susah bergaul walaupun begitu ia cukup mengenal baik teman-teman satu komplek perumahannya terutama fajar. Laki-laki itu dulu sangat dekat dengannya, karena memang mereka tumbuh bersama sejak kecil. Mereka terbiasa melakukan segala hal bersama-sama sejak sedari kecil.
Nabila sangat ingat, saat kecil dulu fajar lah yang sangat gencar mendekati Nabila walaupun Nabila sangat menolak saat itu, dulu Nabila benar-benar tidak ingin dekat apalagi berteman dengan siapapun. Tapi karena suatu kejadian Nabila menjadi dekat dengan fajar atau bahkan mereka menjadi teman saat itu.
Saat itu mereka duduk di bangku taman kanak-kanak, Nabila selalu sendiri sehingga banyak teman-teman yang membully nya tapi saat itu juga fajar datang bak pahlawan untuk Nabila. Fajar menolong Nabila dari anak-anak nakal yang membully nya bahkan memarahi anak-anak tersebut. Setelah kejadian itu tidak ada lagi anak-anak yang berani membully Nabila atau mengganggu Nabila.
Hal itu membuat Nabila menjadi sangat kagum dengan sikap fajar. Semenjak itu pula mereka memutuskan untuk menjadi teman dengan fajar yang selalu melindungi Nabila.
Entah mengapa semenjak saat itu Nabila selalu menggantungkan hidupnya pada fajar. Laki-laki itu adalah pelindung bagi dirinya. Bagi Nabila di dekat fajar Nabila akan merasa sangat aman. Jangan lupa dekapan laki-laki itu juga sangat nyaman untuk hati atau perasaan Nabila saat sedang tidak baik-baik saja.
Sayangnya laki-laki itu sekarang mulai muak dengan dirinya yang selalu membuntutinya. Karena Nabila yang terus-terusan berada di dekat fajar membuat laki-laki itu tidak bisa mengejar gadis impiannya.
Bahkan fajar perlahan menjauh dan mulai bersikap dingin dan kasar pada Nabila.
Nabila baru saja menyelesaikan kelas balletnya malam ini. Setelah menyelesaikan kuliahnya pukul enam sore, Nabila segera bergegas ke tempat latihan balletnya, sebelum sang ayah mengamuk.
