sebuah kenyataan

0 0 0
                                    

Setelah kejadian di kantin universitas, Tiara memilih pulang dan membolos kelas selanjutnya, suasana hatinya benar-benar hancur setelah adu mulut dengan renisa di kantin tadi. Apalagi tatapan Fikar yang tidak peduli tadi, sungguh membuat Tiara merasa sedih.

Sesampainya di rumah ia bisa melihat mobil kedua orangtuanya yang terparkir di halaman rumah mereka.

Suasana hatinya yang buruk kembali membaik melihat orangtuanya pulang dan berada di rumah. Bahkan senyum itu mengembang pada wajah mungil Tiara. Ia sangat tidak sabar untuk bertemu dengan kedua orangtuanya.

Tiara bergegas masuk ke dalam rumah tapi sayangnya ia menemukan keadaan rumah yang berantakan pecahan kaca bahkan pecahan guci mahal kesayangan sang mami juga berserakan di lantai ruang tamu kediamannya.

Senyum yang awalnya mengembang sangat cantik itu meluntur. Tergantikan dengan ekspresi bingung.

Tiara terdiam di depan pintu rumahnya, dari sini bisa melihat kedua orangtuanya yang saling menatap nyalang dan saling berteriak.

Apa yang sebenarnya terjadi dan ada apa dengan kedua orangtuanya.

"Aku capek sama kamu mas" ucap nanaya.

"Maksud kamu apa, kamu yang selingkuh kamu juga yang capek" emosi arka.

DEG

"Selingkuh" gumam Tiara masih berdiri di depan pintu rumahnya, sepertinya kedua orangtuanya belum menyadari keberadaan Tiara.

Tiara menggelengkan kepalanya berharap ia salah mendengar. Tidak, tidak mungkin sang mami melakukan hal gila seperti itu Tiara tidak percaya.

"Aku ga pernah selingkuh" bela nanaya.

Arka melempar beberapa foto nanaya dengan seorang pria di sebuah hotel mewah di Paris.

"Itu apa? Bisa kamu jelaskan? Kamu selingkuh nanaya mau mengelak apalagi, izin meeting ke luar negeri sekalinya malah selingkuh" ucap arka dengan nada yang cukup tinggi syarat akan emosi.

"Itu klienku mas, aku cuma meeting biasa, kamu salah paham, lagipula apa hubungan kamu sama sekretaris kamu itu, kamu juga selama ini main belakang kan sama sekretaris kamu" tuduh nanaya.

Tiara menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari kedua orangtuanya. Awalnya ia pikir ia salah dengar ternyata Tiara tidak salah dengar kedua orangtuanya memang selingkuh. Matanya mulai berkaca-kaca, hatinya terasa sesak dan sakit mendengar pernyataan itu.

"Maksud kamu apa? Aku kerja, ga pernah ada niat selingkuh sedikitpun, lagian aku kerja untuk siapa untuk kamu dan untuk anak-anak" emosi arka.

"Aku sudah bilang kan ke kamu berhenti kerja, fokus ke Ara dan putri tapi apa kamu malah lebih mementingkan pekerjaan kamu dan selingkuhan kamu itu" lanjut arka.

"Aku ga-"

"STOPPP" teriak Tiara menghentikan kalimat nanaya.

Tiara sudah tidak sanggup mendengar kedua orangtuanya saling berteriak dan saling menyalahkan karena baginya mereka berdua sama salahnya.

"Tiara" lirih nanaya melihat keberadaan sang putri yang menangis di depan pintu.

"Kamu sudah pulang sayang, sini nak" ucap arka tersenyum menatap sang putri wajah yang awalnya mengeras menjadi melunak ketika melihat keberadaan Tiara.

Dengan pelan Tiara berjalan mendekat ke arah orangtuanya dengan air mata yang terus berlinang pada pipi tirus miliknya.

"Maksud kalian apa?" Lirih Tiara menatap kedua orangtuanya dengan pandangan yang terluka.

tentang kitaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt