20. Dih, ada mantan

39 12 4
                                    

Setelah drama yang cukup memalukan tempo lalu, disusul dengan Amaya yang menyadarkan Sean akan betapa berharganya kafe ini bagi Sean, akhirnya Sean pun mendapatkan hidayah. Iya, pada akhirnya dia benar-benar mau belajar untuk ikhlas dalam hal membantu kafe.  Yah, meskipun kadangkala Sean misuh-misuh sendiri sih kalau-kalau cucian gelas sedang menumpuk atau kafe sedang dalam keadaan super sibuk. Namun bedanya, kali ini benar-benar hanya lantaran faktor kelelahan saja.

Tentu saja perubahan Sean ini sempat membuat Desi dan Rin keheranan karena terjadi hanya dalam waktu satu malam saja. Bahkan Desi sempat mengira kalau Sean baru saja dirasuki oleh hantu pengabdi kafe sehingga Sean berubah rajin seperti itu.

Berbeda lagi dengan Amaya yang tersenyum bangga melihat perubahan Sean. Jujur saja Amaya kurang suka melihat Sean terus menggalau ria. Tidak cocok saja rasanya dengan imej Sean yang biasanya super menyebalkan.

Sementara respon Dean sendiri terlihat biasa-biasa saja. Padahal Sean belum menceritakan apa-apa pada Dean terkait kejadian tempo lalu sehingga seharusnya Dean pun merasa terkejut akan perubahan Sean yang terkesan tanpa sebab yang berarti. Yah kemungkinan besar Dean memiliki sudut pandang tersendiri soal Sean yang berbeda dari pandangan Rin, Amaya maupun Desi. Mungkin karena dia kakak kandung Sean sehingga dia tahu bahwa sebetulnya di dalam diri Sean ada sesuatu yang baik yang jarang ia tunjukkan pada orang lain. Makannya lah dia tidak terkejut melihat perubahan Sean tersebut.

Yang jelas semua orang mensyukuri perubahan Sean, terutama Amaya. Karena dengan perubahan Sean tersebut, Amaya pun bisa lebih santai menjalani hari-harinya di kafe, meskipun yang namanya 'perdebatan' sih tidak pernah jauh-jauh dari mereka berdua. Wajar saja, namanya juga Yin dan Yang. Sulit sekali rasanya apabila mereka disatukan tanpa ada percikan api disekitar mereka.

Sean mengambil topi dari atas meja etalase kue. Iya topi yang biasanya paling anti dia pakai itu. Karena sudah mendapatkan hidayah jadi Sean merasa tidak masalah mengenakan topi tersebut. Lagipula kalau dipikir-pikir lagi topi dengan warna mentereng ini lumayan bagus juga dipakai olehnya.

"Ay buruan" ujar Sean dengan nada menggerutu pada Amaya. Salah satu tangannya terlihat berkacak pinggang, sementara tangannya yang bebas sibuk mengipasi wajahnya dengan topi khas logo kafe ini yang ia ambil tadi.

Amaya yang notabenenya sedang sibuk memotong cheesecake di sana agak meringis pelan kala diburu-buru oleh Sean. Bukannya apa-apa, tangannya mendadak tremor kalau gugup begini, mengingat ini kali pertama Amaya bersentuhan langsung dengan job selain kasir dan pelayan. Bukan tanpa alasan Amaya mengambil job ini. Terpaksa tentu saja. Kebetulan saat Sean dan Amaya pulang sekolah dan kembali bertugas di kafe, sejak saat itu Rin izin ke toilet, sehingga area kasir dan perkuean menjadi tanggungjawab Amaya untuk sementara.

"Aih lama" gerutu Sean lagi lantaran Amaya yang masih sibuk menerka-nerka area yang harus dipotong. Kelamaan berpikir, begitu menurut Sean.

Amaya berdecak pelan, "sabar napa sih. Gue kan masih belajar. Takut salah nih" ujar Amaya yang dibalas tatapan malas Sean.

Sean pun langsung memakai topinya secara terbalik dengan membiarkan poni rambutnya tenggelam di balik topi tersebut agar tidak mengganggu kegiatannya. Kemudian dia berjalan menuju ke balik rak etalase hingga dia berdiri di sisi Amaya.

"Nggak usah tremor gitu Bu Haji. Sini gue ajarin" ujar Sean dengan gaya songong andalannya. Lalu tanpa permisi Sean memegang tangan Amaya membuat Amaya menoleh cepat ke arah Sean dengan tatapan agak terkejut. Sean sendiri kelihatan tidak perduli. Dia mulai menggerakkan tangan Amaya memotong kue tersebut dengan raut wajah seriusnya, kedua manik matanya bahkan menyipit lucu seolah sedang mengukur seberapa akurat porsi potongan yang akan ia lakukan pada kue berbentuk bulat tersebut.

Attakai CaféWhere stories live. Discover now