Dirinya yang Berubah

2 0 0
                                    

Malam harinya pun tiba. Langit memang gelap, namun Ia tetap bersama bulan dan bintang yang menemaninya dengan cahaya mereka ditiap malam. Angin berhembus dengan lembut, menyapu rambut panjang halus Giwon yang sedang beristirahat setelah satu jam berlatih kemampuannya. Lalu, Ia pun memutuskan untuk menyimpan pedang kesayangannya di ruangan khusus kepunyaannya sendiri.

Disisi lain, seorang pria tujuh puluhan sedang berada didalam sebuah ruangan gelap yang penuh dengan buku-buku tua yang berjejer rapi ditiap rak. Sekarang Ia berdiri didepan sebuah cermin, dengan memegang sebuah batu ruby hitam yang terlihat terdapat sebuah ukiran perak berbentuk naga yang tak asing lagi bagi yang mengetahuinya.

“Aku telah mendapatkan batu ini, seperti apa yang telah engkau perintahkan,” ucap pria itu didepan cermin.

'𝘏𝘦𝘩𝘦𝘩𝘦... 𝘉𝘢𝘨𝘶𝘴, 𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪. 𝘛𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘥𝘶𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯. 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶𝘬𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘬𝘢, 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘬𝘶. 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘬𝘶, 𝘱𝘢𝘩𝘢𝘮?'

Ucap sesosok yang muncul dibayangan cermin dengan wujud jubah penguasa dengan mata kiri yang terluka.

“Iya yang, Mulia,” jawab pria itu, lalu...

“Ayah?” sebuah panggilan dari lelaki berikut tujuh belas tahun berdiri didepan pintu yang bingung dengan sang pria yang ada diruangan tersebut.

“Giwon? Mengapa kau disini?” ucap pria itu yang diduga adalah sang ayah, tuan Fou. Ia langsung menyembunyikan batu ruby ditangannya kedalam laci dan menghampiri putranya.

“Seharusnya aku yang bertanya, apa yang ayah lakukan di ruangan gelap ini?”

“Ah, hanya ingin melihat buku-buku tua disini, sekalian mau memperbaiki lampu di ruangan ini agar tidak terlalu terlihat sepi,” alasan sang ayah.

“Oo.”

“Baiklah, sebaiknya kamu bersihkan diri dulu dan istirahat sana, ya?” perintahnya.

“Baiklah,” jawab Giwon menurut dengan perintah sang ayah. Ia pun memutuskan untuk pergi dari tempatnya menuju kamar meninggalkan sang ayah yang tersenyum tajam dibelakangnya.

~ℌ𝔢𝔦𝔯 𝔱𝔬 𝔱𝔥𝔢 𝔅𝔩𝔞𝔠𝔨 𝔖𝔴𝔬𝔯𝔡~
•𝔇𝔞𝔯𝔨𝔫𝔢𝔰𝔰•

Handuk lembut menyerap dan mengeringkan rambut hitam dari air dari kegiatan mandinya tadi. Zegain menatap dirinya didepan cermin, sembari menghembuskan napasnya perlahan dan dapat merasakan kondisinya yang lumayan baik.

“Zegain?” sebut sang kakek yang keluar ruangan dan melihat cucunya itu yang telah bangkit dari kondisi badannya yang lemah.

“Eh, ya,” sahut Zegain memalingkan wajah dan pandangannya kearah sang kakek.

“Udah baikan?” tanya kakeknya sembari datang menghampiri.

“Lumayan,” jawab Zegain singkat. Tiba dihadapannya, Ia memeriksa kening dan leher Zegain yang ternyata suhu tubuhnya telah lumayan normal namun, matanya teralih pada bagian leher sebelah kanan yang dimana, sebuah gambar hitam layaknya seperti sebuah tato yang berbentuk bulan sabit yang tiba-tiba ada.

Heir to the Black Sword DarknessWhere stories live. Discover now