Bagian 2

2 0 0
                                    

Disepanjang langkah Damai menyusuri hutan yang lebat akan pepohonan yang rimbun dan terasa dingin dan sunyi ini. Kabut-kabut tipis nampak menghiasi suasana dinginnya hutan Hyozhu yang masih terjaga akan kelestarian flaura dan fauna didalamnya namun, jarang dimasuki oleh penduduk dikawasan hutan yang luas ini jadi, tak heran bukan? Kalau keanekaragaman disini yang masih terjaga awet.

Tak lama dari langkah mereka menyusuri tempat yang akan dituju, Zegain tersentak kaget saat mendengar sebuah suara derasnya air dari jarak yang terdengar hampir dekat dengan keberadaan mereka. Pria yang berjalan didepannya lalu, menyingkirkan semak-semak yang menutupi jalan mereka didepan.

“Hah!” mata Zegain terbuka lebar dengan mulut yang termanga takjub saat melihat pemandangan yang lebih memuaskan hasrat didepannya. Sebuah air terjun yang tinggi, menurunkan limpahan air murni dari puncak menuju bawah dan mengalir dengan deras mengikuti arus sungai yang penuh dengan bebatuan yang menghiasinya. Dan terdapat pula, sebuah hutan bambu hijau yang ada diseberang sungai.

“Wow, ini benar-benar keren, aku tidak tahu kalau ada air terjun dan hutan bambu disini,” takjub Zegain sembari menghampiri gurunya yang terus maju kedepan.

“Kita mau apa?” tanya Zegain yang ada dibelakangnya.

“Berlatih tahap untuk yang ke berikutnya, bukankah ini tempat yang cocok?” balas pria itu.

“Hmm... Sepertinya kau benar guru, tapi mengapa tempat ku harus dihutan?”

“Agar kamu bisa menemukan ketenangan lebih dalam dari alam.”

“Ketenangan?”

“Dalam suatu ilmu beladiri, seseorang tidak boleh bertindak panik dan gegabah dalam menghadapi sesuatu, dan dalam mengambil sebuah keputusan. Mereka harus bersikap tenang tapi, cepat dengan tangkapan tajam dari pikiran, hati, insting dan keberanian dalam dirinya untuk menemukan titik akhir dalam suatu masalah,” jelas sang guru dengan tangan yang Ia lipat kebelakang sembari berdiri diatas batu besar menghadap pada pemandangan air terjun didepannya. Zegain yang ada disebelahnya, merasa bahwa itu benar dan membuat rasa semangat yang membara ingin sekali membuktikan perkembangan Ia kepada sang guru dan orang lain, bahwa Ia juga bisa.

“Ikut arahan ku sekarang,” perintah pria itu kembali sembari melangkah diatas bebatuan disungai.

“Tunggu, apa yang akan kita lakukan?” tanya Zegain dengan seruan yang menggema.

“Ikut saja, jangan banyak tanya. Lepas jaket dan sepatumu dan cepat kemari,” balas sang guru. Tak ingin lagi mendengar perintah untuk yang ketiga kalinya, Zegain pun melepaskan jaket dan sepatu dan menaruhnya di antara batu-batu besar yang ada di daratan.

“Cepat, berdiri diatas batu itu,” perintah sang guru misterius sembari menunjukkan tempat yang akan dituju Zegain. Tepat di tengah aliran sungai, pada sebuah batu yang lumayan lebar dan, berhadapan tiga meter dari sang guru yang memerintahkan dirinya.

Zegain menelan ludah dengan tatapan mata yang melotot. Rasa takut mulai lagi menghunjam nyali, terlihat kedalaman ke sana tidak bersahabat bagi seseorang yang tak jago berenang seperti dirinya. Lalu bagaimana kalo batu-batu yang Ia pijaki nanti licin dan 𝘉𝘙𝘈𝘔!... Membuat Ia terjungkal kesana. Jangan berharap untuk mendapatkan pertolongan dari putri duyung Ariel pada saat-saat yang seperti ini.

Dengan mendorong keberanian dan membuat dirinya fokus, Zegain melangkahkan kakinya perlahan dan hati-hati saat berjalan menginjak beberapa batu yang lumayan licin untuk dilewati hingga akhirnya, tiba juga seperti yang diimbau oleh guru kepercayaannya itu dengan selamat.

“Bagus, berdiri diatas batu itu dan ikuti aku, paham?” ucap pria itu memerintahkan muridnya.

“Baik, guru,” jawab Zegain antusias melaksanakan perintah dari gurunya dengan damai tanpa ada lagi pemberontakan.

Heir to the Black Sword DarknessWhere stories live. Discover now