Dia adalah Guruku

4 0 0
                                    

“HAAAAAKH! KUMOHON JANGAN APA-APAKAN AKU! KATAKAN APA MAUMU ASALKAN JANGAN DENGAN NYAWA KU! KU MOHON!“

Syok dan ketakutan, Zegain reflek jatuh dan berteriak histeris saat mendengar sesosok yang datang menghampirinya dan itu, membuat detak jantung merasa tak aman. Ia memejamkan matanya kuat dan menutupi pandangannya dengan kedua lengan guna menghindari matanya yang melihat sesuatu yang menyeramkan didepan mata.

Sesosok itu berkata, “Kau hanya perlu diam dan tenang.“

𝘋𝘦𝘨~

Zegain terdiam menelan ludahnya. Suara itu, sama persis dengan suara dari seorang pria misterius yang Ia temui kemarin. Untuk memastikan, Zegain mengumpulkan seluruh aura keberaniannya untuk menyingkirkan lengan yang menutupi pandangan matanya dan, yang benar saja, pria berjubah misterius itu yang datang mengagetkan dirinya. Zegain membungkam melihat sosok itu dengan mata yang tertatap kaku.

“K_ kau?!?“ sebut Zegain yang masih gemetar ketakutan.

“Hah, biasa aja, aku datang untuk membantu, bukan membunuh. Lagipula, itu hanya darah babi hutan yang ku buru tadi sebagai, peganti tinta toh,” ucap pria itu dengan wajah yang tertutup jubah dan hanya bibirnya yang tampak. Zegain terdiam mengamati tiap gerak geriknya, hatinya masih belum tenang setelah mengejutkan yang Ia alami tadi, dan itu membuat pikirannya berpikir kemana-mana. Heh, dari niat mau tanya hal penting malah kena jantungan yang membuatnya merinding, hingga membuat remaja ini melupakan niat utamanya itu.

“Baiklah, jangan banyak basa basi lagi, kita mulai latihan kungfumu dari hari ini jadi, menurutlah kepadaku,” perintah pria asing itu.

“Ka_ kau akan mengajariku?” tanya Zegain.

“Iyaa, sekarang berdirilah, kita mulai dasarnya dulu,” balas sang pria. Zegain masih degdegan memutuskan untuk menurut saja, dengan gemetar Ia memposisikan dirinya berdiri. Perasaannya masih belum tenang, Ia berusaha untuk bersikap dan  berpikir positif bahwa semua akan baik-baik saja.

“Heh, nih ambil,” kata pria itu dan melempar sebuah tongkat bambu kepada Zegain, Zegain yang syok menjadi terburu-buru menangkapnya.

“Siap?”

“I_ iya.”

“Sekarang, taruh tongkat itu ke tanah,” perintah pria itu. Zegain langsung kebingungan dengan perintah yang diberikan oleh guru asingnya. Untuk apa?

“Ayo lakukan, jangan membuatku menunggu. Kamu hanya perlu menaruh tongkat itu, kebawah,” ucapnya lagi dengan telunjuk yang menunjuk ketanah. Zegain yang kebingungan, tak ingin untuk berpikir panjang lebar lagi, walau kebingungan bagaimana pun, Ia menuruti perintah itu. Ia menaruh tongkat itu ke tanah yang penuh dengan dedaunan gugur dan kembali berdiri dengan mimik wajahnya yang terlihat kaku.

“Ambil lagi,” perintah sang guru. Mata Zegain melotot kaget, apa yang direncanakan pria asing itu si? Bukankah tadi Ia menyuruh muridnya itu untuk menaruh tongkat yang Ia berikan ke tanah? Sekarang Ia harus mengambilnya lagi, untuk apa?

Tanpa banyak tanya, Zegain meraih tongkat itu kembali dengan tangan kanannya dan kembali berdiri berhadapan dengan gurunya yang misterius sekaligus, aneh.

“Baiklah, pose kamu harus tetap dan bawa tongkat itu kearah belakang lehermu,” perintah sang guru kembali yang langsung dipatuhi oleh Zegain.

“Raih dengan tangan kiri dan lepaskan yang kanan,” perintahnya lagi. Zegain dengan tatapan dan ekspresi kaku kebingungan, kembali melakukannya.

“Jatuhkan.“

Dengan tatapan membingungkan jiwa, Zegain melepaskan tongkat yang ada di tangan kirinya ke tanah, sesuai dengan perintah, lalu...

Heir to the Black Sword DarknessWhere stories live. Discover now