Lemah

15 0 0
                                    

"AKU BERANGKAAT!..."

'𝘏𝘢𝘵𝘪-𝘩𝘢𝘵𝘪."

"Baik Kek!"

~ℌ𝔢𝔦𝔯 𝔱𝔬 𝔱𝔥𝔢 𝔅𝔩𝔞𝔠𝔨 𝔖𝔴𝔬𝔯𝔡~
•𝔇𝔞𝔯𝔨𝔫𝔢𝔰𝔰•

Kota yang damai, megah nan menenangkan. Gedung-gedung kantor, sekolah, kedai bahkan rumah berdiri dengan kokoh menghiasi suasana kota yang tentram, apalagi dengan keadaan pendesaan yang terjaga dengan abadi.

Ya, inilah kota 𝘒𝘦𝘰𝘯𝘻𝘢, kota yang terkenal maju dan juga menyatu dengan pendesaan hingga menjadikan kota ini lebih akrab dipanggil kota kedamaian. Bagaimana tidak, pemerintah tak menjauhkan dirinya dari rakyat yang tersisih dari kota, contohnya pendesaan. Mereka bekerjasama dalam sistem ekonomi bahkan kemajuan yang lainnya meski, sifat benci antara perbedaan level seseorang, kerap terjadi apalagi antar kaum pemuda.

Kota ini juga terkenal akan budaya 𝘏𝘪𝘯𝘥𝘶 dan 𝘉𝘶𝘥𝘩𝘢 yang masih terjaga, baik hukum, pengetahuan, agama, seni bahkan yang paling menonjol adalah seni beladiri yang dari turun temurun juga masih terjaga dan berkembang sampai sekarang. Sebagai generasi penerus, wajib menguasai ilmu bela diri mereka, agar tetap terjaga kebudayaan meski dalam kota yang berkembang. Inilah yang merupakan ciri khas kota Keonza yang dikenal sebagai kota megah pertama didunia.

Dari sekian ramainya kesibukan yang terlihat berlalu lalang, seorang remaja lelaki lebih sibuk mengejar tujuan dengan tepat waktu dengan waktu yang tersisa. Langkah lari bak marathon, menuju tempat pemberhentian pertama sebagai alat bantu... Ya, halte bus.

Matanya membulat panik, saat bus sekolah tersebut bersiap untuk melaju ketujuan yang sama dengannya. Dengan panik, remaja ini berteriak, "Astaga! Tunggu!... Woi! Tunggu!"

Jaraknya hampir dekat namun, teriakannya mengalahkan harapan yang sebenarnya. Bus itu melaju meninggalkan kondisinya yang teramat letih pagi ini.

"AAAAKH!" Ia menghentikan larinya, berdiri dan berseru kesal. Tak menghiraukan seberapa banyak orang yang memperhatikannya dengan aneh. Mengapa? Karena menurutnya memang benar dan Ia tak peduli karena, nasipnya memang selalu sial setiap saat, apakah tetap abadi? Ayolah, namanya aja hidup.

"Sialan," ucapnya lagi dengan menahan seluruh emosinya yang bergejolak. Lalu...

𝘛𝘪𝘵 𝘛𝘪𝘪𝘪𝘵!...

Sebuah klakson mobil terdengar dan berhenti disebelahnya. Kaget, Ia pun memalingkan wajahnya pada asal sumber suara dan ternyata...

"Pak, 𝘠𝘦𝘰𝘯𝘨?" sapanya dengan tanya saat melihat, ternyata itu adalah orang yang Ia kenal yang tak lain, seorang petani buah jeruk Jeju yang bernama, pak 𝘠𝘦𝘰𝘯𝘨- 𝘑𝘰𝘯.

"Astaga, setiap hari kamu selalu terlambat seperti ini ya?" sahut pak Yeong dengan senyuman yang terlukis pada rupanya yang telah 70 tahun.

"Ya mau bagaimana lagi? Emang takdir selalu gini," jawab remaja itu menerima kenyataan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Haha, sudah-sudah. Saya tidak mau mendengar isi curhatan pagi. Ini hari pertama kamu pergi ke gedung sekolah tingkat barumu, ayo cepat naik," balas beliau dengan jari jempol yang menunjuk mobil 𝘗𝘪𝘤𝘬 up hitam yang dikendarainya.

"Bukankah jalan kita tak searah? Saya masih bisa berlari," jawab pemuda itu.

"Ck, searah kok. Saya punya pengiriman ditempat lain. Ayo cepet naik."

"Iyya udah, terima kasih pak," jawab lelaki muda itu sambil menuju kebelakang mobil. Melihat arah lelaki itu pergi, pak Yeong memanggilnya, "Heh! Ngapain kebelakang!?? Nanti habis jeruk saya karena mu."

Heir to the Black Sword DarknessWhere stories live. Discover now