Permulaan

1 0 0
                                    

Saatnya memulai hari yang baru, yang dimana sinar mentari mencahayai dunia dengan sinar sejatinya yang abadi. Langit biru nampak bersama para awan-awan putih suci, menemani keseharian makhluk hidup dari dini sampai menyambut rembulan malam nanti.

Zegain telah tiba di perkarangan sekolahnya, saat menuju Corridor, lagi dan lagi dan setiap harinya, malah bertemu dengan Giwon tingkah kasar mereka. Langkahnya menjadi terhenti saat Giwon datang kembali menganggu dengan merangkulnya.

“Wah wah wah, akhirnya kau tiba juga ya, hahaha. Lama juga kau datangnya padahal kami setia menunggu mu loh,” kata Giwon dengan nada suaranya yang menyeramkan. Zegain membungkam, tanpa suara dan balasan yang terlontar pada lisannya sedikitpun.

“Hei, bagaimana kabarmu Zegain. Apa kabarmu? Apakah ancaman ku selalu menghantui hidupmu selama ini he?! Hahaha,” ucap Giwon dengan tawanya yang beriringan dengan tawa dari para rekannya.

“Bagaimana dengan perkembangan beladiri mu, Zegain? Apa kemampuanmu telah sebanding, sederajat atau! Lebih bawah dari ku?!”

'𝘒𝘢𝘶!'

Tibalah seseorang yang menghentikan kenakalan Giwon beserta ketiga-tiga temannya untuk kembali mencelakakan dan menghina seorang murid yang dikenal pengecut disekolah ini.

Diketahui dengan 𝙶𝚊𝚒- 𝚉𝚑𝚞𝚊𝚗𝚐 atau lebih akrabnya dipanggil 𝙶𝚊𝚒, si lelaki tampan dan tangguh yang terkenal dimata yang mengenalnya. Murid itu juga dikenal atlet 𝘞𝘶𝘴𝘩𝘶 yang hebat dari kota 𝘠𝘰𝘦𝘬 dan pindah dikota ini karena urusan pribadi kedua orang tuanya.

Giwon menatap tajam akan kehadirannya  dan melepaskan Zegain untuk berantraksi dengan lawan barunya, mungkin.

“Bisakah sehariii! Saja, ya! Sehari saja kalian buat ketenangan ngak si?! Aku tahu sekolah ini besar, tapi tidak untuk mengisi keegoisanmu dengan lawan yang lemah seperti dia!… Heh, apa dia anjingmu?” tutur Gai dengan nada dan ucapan yang sinis. Zegain menunduk dengan mulutnya yang membungkam tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Sedangkan Keing dan dua pengikut Giwon lainnya, menggeram kesal dan hendak ingin membalas dengan kekerasan namun, Giwon sendiri menghentikan mereka dan menatap Gai benci.

“Maksudku, apakah kau tak mempunyai lawan yang pantas dengan tingkatmu sendiri? Hah! Dasar pengecut,” sinis Gai menantang sosok yang ada didepannya.

Giwon menggeram kesal tak terima dengan sepanjang perkataan yang dituturkan oleh orang yang tak pernah berurusan dengannya itu namun, tidak dengan saat ini.

“Ini bukan urusanmu, terserah apapun yang aku lakukan padanya,” kata Giwon geram dengan menggerang rahangnya kuat dan maju dengan penuh rasa amarah kearah lelaki yang berani ikut campur dengan urusannya itu.

Si lelaki atlet karate itu maju dan menarik kerah baju Gai dengan kasar dan memelototi matanya geram kearahnya. Namun, tidak tergambar pula rasa tegang atau takut pada mimik ekspresi Gai sedikitpun, Ia lantas nampak santai dengan wajah yang menampilkan rasa geram dan menantang kearah Giwon yang ingin menghajarnya.

Zegain hanya terdiam tak bisa apa-apa, layaknya seorang sandra tak mempunyai pintu masuk dan keluar. Ia malah dikelilingi oleh Keing, dan dua pengikut Giwon lainnya yang belum melepaskannya walau mata mereka hanya terfokus pada Giwon yang berurusan dengan parasit baru yang mengganggu suasana mereka.

Gai memasukkan tangannya kedalam saku celananya, menatap tajam dan tersenyum miring kearah si jagoan dan membalas, “Hehehe, sebenarnya bukan mau ikut campur urusan mu si, tapi...” ucap Gai yang membuat emosi semakin membakar kesabaran Giwon.

“Hanya saja aku merasa kau itu terlalu pengecut untuk dikatakan tangguh seperti yang dibicarakan orang-orang, maksudku, kau memilih lawan yang tidak sederajat denganmu, mengapa dia? Karena lemah maka kau dapat menjadikannya mainan semaumu dan mendapatkan banyak perhatian orang-orang? Hahaha! PENGECUT!”

Heir to the Black Sword DarknessWhere stories live. Discover now