1: Rencana Perjodohan

369 29 0
                                    

"WHAT?! NIKAH? ENGGAK PAH! BISA BISANYA AKU DIJODOHIN SAMA ORANG YANG GAK PERNAH AKU KENAL!"

"Zee ini semua demi kebaikan kamu dan papah sudah pikir ini matang matang dengan bunda."

Zee yang masih mengenakan baju seragam terlihat emosi kepada kedua orangtuanya, tak habis pikir bisa bisanya ia yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA harus dijodohkan dengan orang yang tak ia kenal.

"Pokoknya keputusan papah sama bunda udah bulat!"

"Tapi pah aku masih kelas 3 SMA, gak etis kalau aku harus nikah sekarang!"

Shani sang ibunda Zee pun mencoba menenangkan anaknya itu. "Zee... lagian tahun ini kamu sebentar lagi lulus dan umur kamu sudah 19 tahun, itu artinya sudah pas untuk menikah."

"Lagian calon kamu itu lebih tua 3 tahun dari kamu dan sudah matang untuk menikah," timpal Vino.

"Bun, Zee pengen lanjutin pendidikan Zee sampai ke perguruan tinggi, kalo nanti suami Zee gak ngizinin aku buat kuliah gimana?"

"Kamu nanti bisa minta izin ke suami kamu nanti sayang," ucap Shani dengan lembut sembari mengusap lembut pucuk kepala Zee.

"Kenapa sih harus aku yang dijodohin?! Kenapa gak kakak aja yang at least lebih tua dari aku?"

Vino yang sudah frustasi itupun memijit pelipisnya pusing. "Pokoknya kalo kamu gak mau nerima perjodohan ini, papah akan keluarin kamu dari grup band kamu di sekolah!"

Zee yang tak habis pikir kepada papahnya itu mencoba menahan tangisannya. "Kayaknya papah pengen banget deh lepas tanggung jawab sebagai orang tua." Zee langsung pergi meninggalkan kedua orangtuanya menuju kamarnya.

Sedangkan Vino mengusap kasar wajahnya, Shani yang melihat keadaan suaminya langsung menghampiri dan mengusap lembut pundaknya.

"Udah mas, lagian kamu terlalu terburu buru, Zee baru aja pulang sekolah."

"Mau gimana lagi? Lagian sama aja kok responnya kayak begitu. Lagipula aku pengen acara pernikahannya diadakan secepatnya, kamu tanya Veranda apa dia udah ngasih tau anaknya tentang perjodohan ini?"

"Udah aku telepon tapi belum dijawab, kita tunggu aja sampai dia telepon balik."

Vino mengangguk paham. "Semoga aja kita dapat kabar baiknya."

~~~

Di tempat kediaman Veranda sendiri ia sedang berusaha berdebat dengan sang putranya.

"Enggak mah! Apa apaan, masa Alex harus dijodohin?"

"Abang... Mamah pengen kamu bahagia, lagian umur kamu sudah matang untuk menikah."

"Tapi mah, gak sekarang juga, lagian kalo pun Alex mau menikah nanti Alex sendiri yang kenalin ke mamah."

"Kapan? Selama ini yang kamu bawa ke rumah cuman Gavin dan Yudha sahabat kamu doang kan, udahlah bang emang udah saatnya kamu untuk berumahtangga."

Sedangkan ayah Alex yang akrab dipanggil Rey hanya menyaksikan perdebatan anak dan ibunya sembari mengusap motor kesayangannya, ia tak mau pusing melerai anak pertamanya dengan ibunya yang sama sama tidak mau kalah.

"Selama ini mamah selalu turutin kemauan kamu masa kali ini kamu gak mau nurutin kemauan mamah?" ucap Veranda yang sudah berkaca kaca.

Alex yang dari dulu tidak bisa melihat mamahnya sedih langsung mendekap erat tubuh Veranda, walaupun penampilannya bertato seperti preman tetap saja hatinya selalu tak kuat ketika melihat ibu tercintanya menangis.

AETERNWhere stories live. Discover now