UNIVERSE

22. LDR

"Ohm."

Lelaki jangkung itu masih membeku tak ada jawaban.

Perlahan ia mengelus pinggang nanon dan membaringkan tubuh yang lebih kecil untuk tidur disampingnya.

Ohm mencium kening nanon sebelum akhirnya membawa sang istri kedalam dekapan.

"Kau mimpi buruk?"

Ohm hanya mengeratkan pelukannya lebih dalam.

"Mimpi apa?"

"Bukan apa-apa sayang. Hanya mimpi biasa."

"Tapi kau mengigau."

"Benarkah?"

"Hm. Ini pertama kalinya aku melihat mu seperti itu. Kau membuatku takut."

Ohm tersenyum. "Maaf ya." Lalu kembali mengecup bibir sang empu.

Waktu masih terlalu pagi untuk meninggalkan ranjang besar disana.

Kini tepat pukul 6 pagi, ohm dan nanon masih enggan meninggalkan kamar dan saling memeluk.

"Sayang."

"Iya?"

"Menurutmu mungkin tidak janhae yang melakukannya?"

"Melakukan apa?"

"Pembunuhan forth."

Nanon terdiam sejenak. Sedangkan ohm masih menunggu jawaban dari sang empu.

"Jika memang dia bersalah, dia pantas dihukum."

Mendengar jawaban yang lolos dari mulut nanon, ohm mengangguk.

"Kau punya bukti?"

"Sejauh ini, iya."

"Sebenarnya aku.."

"Apa?"

"Aku juga mencurigainya. Tapi disisi lain juga seperti tidak mungkin. Kau tahu kan dia.."

"Cinta pertamamu."

"Ohm.." Ucap nanon takut-takut jika sang suami marah.

"Em.. Misal nih misal, jika kita tidak bertemu ada kemungkinan kalian menikah?"

Mendengar itu nanon hanya mengeryitkan dahinya, tidak menjawab.

"Misal loh sayang, misal."

"Apasih, enggak suka pertanyaannya."

"Jadi, mau?"

"ENGGAK."

"Kok ngegas?"

"Ya, lagian."

"Cuma misal loh sayang."

"Lebih enak dimasuki daripada memasuki."

"Huh?"

"Kalau boleh jujur, aku mulai benar-benar mencintaimu saat kita melakukan itu.." Ucapnya sambil membuat lingkaran di dada bidang sang suami dengan jari telunjuknya.

"Astaga sayang. Kok semakin mesum sih sekarang."

"Biarin. Mesum juga ke suami sendiri."

"Mau?"

"Hm?"

"Jadi, mau?"

"Ini sudah pagi ya ohm, kita juga harus sarapan."