10 menit.
30 menit.
1 jam.
Sosok yang ditunggu-tunggu nyatanya tidak terlihat batang hidungnya.
Ohm pun berkali-kali mencoba menghubunginya tapi tetap tidak bisa.
Sedangkan nanon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut. "Mana? Tidak ada kan?"
Ohm tidak menyerah. Dia terus mencoba menghubungi naren tapi anehnya tetap tidak ada jawaban.
"Sudahlah. Lebih baik kita kembali ke hotel."
"Tapi non-"
"Apa?! Mood ku sudah rusak ohm!."
"Sebentar, hm. Tunggu dulu. Kau harus bertemu kembaran-"
"Berhenti bicara omong kosong! Aku ini anak tunggal! Kau juga sudah tahu itu kan!"
"Iya tapi-"
"Kembali sekarang atau aku tinggal?!"
Ohm masih diam menatap sang empu yang marah. Sedangkan nanon hanya mengecap sebal kearah lelaki jangkung itu.
"Jika kau masih mau disini, silahkan! Aku pergi!"
"Sayang!" Panggil ohm saat melihat nanon pergi.
"Menyebalkan." Ucap nanon setelah membanting pintu kamarnya.
"Ohm."
"Maaf aku terlambat."
"Kita mau kemana?" Tanya naren saat ohm mengajaknya pergi.
Dengan terburu-buru lelaki jangkung itu enggan menjawab. Ia hanya fokus pada jalan dan ingin segera membawa naren pergi dari sana.
"Ai ohm! Kau ini kenapa, huh?" Naren melepas paksa genggaman sang empu.
YOU ARE READING
UNIVERSE
RomancePernakah anda menunggu seseorang yang anda rindukan tanpa alasan? Di universe kali ini, bolehkah saya berharap agar tidak mengulangi kesalahan yang sama? Saya tidak percaya cinta sementara. Namun, saat menatapmu saya hilang kendali.