Di Jakarta

9 3 2
                                    

Selamat menikmati
perjalanan Juni

*

*

*



Di sebuah perpustakaan tua yang luas dan berdebu memiliki banyak buku klasik tersusun rapi pada rak buku yang terbuat dari kayu namun rak tersebut seperti hendak tumbang karena terlalu tua umurnya. Bangunan tua yang masih terasa sempurna, bangunan tua yang penuh kenangan. Perpustakaan tua itu cukup sepi dan hening namun terasa begitu tenang bagai berada dalam dunia yang diselimuti dengan ketenangan.

Juni sedang membaca buku klasik yang ia suka di meja tua dalam perpustakaan khusus untuk membaca buku. Ia sangat senang sekali berada dalam suasana yang tenang dalam ruangan ini, karena suasana seperti ini yang sangat ia inginkan menjauh dari kericuhan yang ada di dunia. Perempuan itu membuka dan membaca lembar demi lembar dari buku klasik itu sehingga ia menikmati suasana di dalamnya.

Tak lama kemudian suara langkah sepatu mendekat ke arah Juni membuat perempuan itu penasaran dengan suara tersebut namun ia menghiraukan suara tersebut, ia kembali fokus membaca buku yang ada di hadapannya. Tetapi suara tersebut semakin terdengar jauh lebih keras dan terasa lebih dekat, satu... dua.. dan tiga.. Suara langkah kaki itu berasal dari sosok lelaki yang selama ini berenang dalam pikiran bergemuruh tiba-tiba muncul di hadapan Juni tanpa aba-aba membuat Juni terkejut dengan kedatangannya lalu tersenyum. Sial. Senyuman itu selalu menghipnotis dirinya.

Lelaki itu membawa satu kotak cokelat untuk ia berikan pada Juni, karena ia tahu bahwa Juni adalah pecinta cokelat yang manis seperti dirinya. Ia tahu tentang Juni sehingga perempuan berambut pendek itu pun heran kepada lelaki di hadapannya yang tahu tentang dirinya, aneh, manusia asing yang tahu tentang dirinya.

“Cokelat kesukaan kamu,” ucap lelaki itu sembari memberikan cokelat kepada Juni yang sedang tersenyum ke arahnya. Juni semakin bahagia ketika lelaki itu memberinya sebungkus cokelat manis yang ia suka, rasanya begitu bahagia.

“Untuk aku? Dalam rangka apa?” tanya Juni sembari menyimpan rasa senang dalam dirinya yang sulit untuk diungkapkan, karena terlalu indah bila diungkapkan.

“Hubungan kita.”

“Hah? Maksudnya?” Kalimat itu membuat Juni terkejut dan semakin bertanya-tanya maksud dari kalimat yang lelaki itu ucapkan dari mulutnya. Lelaki itu benar-benar aneh dengan berbagai kalimat yang membingungkan pikiran Juni.

“Maksudnya saya mencintai kamu.”

“Hah? Beneran?” tanya Juni meyakinkan tentang kalimat yang diucapkan lelaki itu dengan perasaan senang. Juni seperti tidak percaya bahwa lelaki itu mencintai dan mengungkapkan padanya saat ini. Dunia tiba-tiba terasa begitu indah dan terasa seperti penuh bunga yang wangi dalam perpustakaan tua itu.

“Kenapa tidak? Mencintaimu menyenangkan.” Benar-benar aneh, tanpa aba-aba lelaki itu mengungkapkan perasaannya dengan terang-terang pada Juni yang sedang membutuhkan jawaban seperti itu.

Kemudian Juni memeluk lelaki itu karena terlalu bahagia dirinya atas ungkapan yang lelaki itu ucapkan padanya. Pelukan yang terasa hangat dan indah karena hatinya begitu senang, ini adalah pelukan pertamanya bersama lelaki yang membuatnya nyaman dengan segala hal menyenangkan.

“Sebentar, saya punya sesuatu lagi untukmu.” Lelaki itu mengeluarkan jam genggam yang begitu indah pada saku celananya. Jam genggam biasa dengan ukuran kecil atau satu genggam tangan dan terdapat angka juga jarum di dalamnya. Jam genggam itu untuk Juni yang tak mengerti maksud lelaki itu memberikan benda seperti itu, sekali lagi Juni berpikir bahwa lelaki itu adalah seseorang yang aneh.

“Kamu tahu maksud saya memberikanmu jam genggam ini?”

Juni menggeleng karena memang ia benar-benar tak mengetahui maksud dan isi kepala dari lelaki di hadapannya ini yang sulit untuk ditebak dengan pikirannya yang sudah dipenuhi dengan lelaki itu. Selain aneh lelaki itu pun sulit ditebak oleh Juni, pikiran dalam lelaki itu benar-benar seperti ruangan gelap yang tak tahu ada apa di dalamnya.

Musim Sedih Di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang