Ternyata gagal

22 6 6
                                    

Selamat menikmati
perjalanan Juni

*

*

*

Seorang lelaki sedang bekerja mencari sebuah upah untuk ia bertahan hidup dalam dunia yang tak pernah berhenti membuatmu lelah. Ia sudah lelah, tentunya karena semua pekerjaan melelahkan, termasuk mencintai. Ia adalah Januar yang masih sibuk bekerja dengan fokus dalam pengemasan suatu produk.

"Januar, ini kenapa ada beberapa kemasan yang robek?" tanya Fitri sebagai atasan Januar kepada lelaki itu yang masih sedang fokus dalam mengerjakan pekerjaannya.

Mendengarkan pertanyaan yang menakutkan itu membuat jantung berdetak semakin cepat layaknya seperti berlarian serta tubuhnya yang terpaku dengan pertanyaan yang tak ia ketahui maksudnya.

"Hah? Bagaimana? Kemarin saya mengemasnya tidak ada satu pun yang robek." Kemarin Januar memang mengerjakan semua pekerjaannya dengan rasa lelah yang menyelimuti tubuhnya, namun tak ada satu pun kotak kemasan yang ia kemas robek atau hancur, ia tetap mengemasi produk dengan perlahan hingga tidak memunculkan kerusakan pada kotak kemasan tersebut.

"Tapi ini kenapa ada yang robek? Bahkan ini ada yang hancur kotak kemasannya."

"Jujur, saya tidak tahu." Januar memang benar-benar tidak tahu bahwa ada kemasan yang rusak setelah ia kemasi dengan baik tanpa sedikit lecet pun, mengapa hal ini bisa terjadi. Sepertinya hati ini akan menjadi hari paling buruk baginya setelah mendengarkan kabar yang tidak enak untuk didengar.

"Kamu pasti tahu, Januar, kan kamu yang mengemasi semua produk ini."

"Tapi saya tidak melakukan hal itu." Januar memang tidak melakukan hal itu, mau selelah apa pun dirinya, tak mungkin ia menghancurkan pekerjaannya sendiri, justru ia ingin bekerja jauh lebih baik, bukan malah sebaliknya.

"Ikut aku ke ruanganku."

Januar mengikuti Fitri menuju ruangan perempuan rambut panjang itu untuk membicarakan hal itu lebih dalam dan mungkin Fitri akan memberikan sesuatu atas kesalahan yang diperbuat oleh Januar yang ia rasa dirinya tidak melakukan hal tersebut.

Dalam ruangan Fitri yang begitu nyaman Januar merasa jantungnya ingin lepas dari tempatnya. Ia ketakutan bila pekerjaannya akan hilang, karena selama ini ia berusaha berperilaku dengan baik dan juga mengerjakan pekerjaannya dengan baik supaya ia tak kehilangan pekerjaannya. Yang ia butuhkan hanya sebuah pekerjaan yang bisa membuatnya bertahan hidup dengan upah-upa yang ia terima, walau upah itu sangat tidak sesuai dengan lelah pekerjaan yang Jangan kerjakan.

"Sekarang coba jelaskan bagaimana bisa semua ini terjadi? Aku mendapatkan komplain dari bos kita, para pembeli juga marah-marah dengan pengemasan yang buruk seperti itu, jika seperti ini, maka akan menurunkan penjualan kita."

"Maafkan saya, tapi sejujurnya saya tidak pernah mengemas barang hingga rusak seperti itu."

"Lalu siapa kalau bukan kamu?"

Jangan hanya terdiam menunduk merasa bersalah walau sebenarnya ia tak melakukan hal buruk itu. Ia tak bisa menjawab pertanyaan Fitri perihal pengemasan yang rusak, karena memang ia tidak tahu siapa yang melakukan, atau memang kemasannya rusak karena hal lain.

"Mungkin karena tertumpuk, jadi bisa menimbulkan hal seperti itu," jawab Januar sesuai dengan apa yang ia pikirkan, walaupun ia tak cukup lega dengan jawaban itu.

"Januar, kamu tahu kan selama ini semua produk yang telah dikemas pasti akan ditata secara bertumpukan dengan rapi, namun baru kali ini kemasan dari produk bisa rusak." Benar juga apa yang dikatakan Fitri, sangat masuk akal bagi Januar, karena selama ini ia mengemasi barang lalu ditata dengan cara ditumpuk namun tak ada satu kemasan dari produk tersebut yang rusak, baru kali ini hal itu terjadi.

Musim Sedih Di JakartaWhere stories live. Discover now