"Ah, bukan begitu Hinata aku hanya... hanya masih belum percaya," tuturnya dengan suara semakin pelan.

"Aku pikir kamu benar-benar sudah melupakanku dan menerima Hakuki. Bukankah pria itu lebih baik?" Rasa tidak percaya diri melingkupi hati.

Naruto terkekeh canggung sambil menggaruk pangkal leher belakangnya. Hinata terdiam beberapa saat menyaksikan raut cemas pria di depannya ini.

"Hakuki... memang baik, lebih pengertian, perhatian, dan kami tidak memiliki kenangan kurang menyenangkan, tetapi... kenapa aku harus memilihmu lagi yang jelas-jelas sudah menorehkan luka?"

Naruto termangu, tidak menduga jawaban diberikan Hinata, diakhiri pertanyaan mendebarkan. Ia terdiam tidak mengatakan sepatah kata pun.

Hingga akhirnya Hinata kembali melanjutkan sambil tersenyum tulus.

"Itulah kekuasaan Allah. Dia mampu membolak-balikkan hati setiap hamba, aku selalu minta pada-Nya ditunjukkan pada siapa perasaan ini harus berlabuh, dan entah kenapa jawabannya selalu... kamu!" Final Hinata, sorot matanya hangat, tetapi tegas, raut mukanya serius tak ada gentar sedikitpun.

Naruto lagi, lagi, dan lagi terkesima akan jawaban diberikan calon istrinya ini. Tidak salah memang ia memperjuangkan Hinata sebagai pendamping hidup.

Perasaan cintanya bertambah besar dan jelas, ia sangat bersyukur Allah memberikan jalan cerita yang luar biasa.

"Terima kasih, Hinata. Terima kasih banyak, aku akan membahagiakanmu... untuk menebus kesalahanku di masa lalu," timpal Naruto terharu.

Lengkungan bulan sabit sempurna di wajah cantik Hinata tergambar jelas, seraya bergumam"em" sebagai jawaban.

Di tengah atmosfer haru biru beberapa pasang mata tengah mengawasinya sedari tadi. Mereka ikut terkesima akan kesungguhan serta jawaban diberikan wanita penyuka bunga lavender itu.

Bisikkan demi bisikkan terhembus membuat salah satu dari mereka sudah tidak sabar lagi dan menampakkan diri.

"Jadi benar yah kalian mengadakan lamaran tanpa memberitahu kami. Teganya kalian."

Suara nyaring itu mengejutkan Hinata dan Naruto. Keduanya kompak melihat ke arah yang sama di mana di balik tembok teman-temannya berkumpul di sana.

"Sa-Sakura?" Panggil Naruto terkejut.

Hinata sampai bangkit dari duduk mendapati para sahabatnya datang bersamaan.

"Kalian? Sejak kapan-"

"Hinata~"

Suara melengking itu berasal dari calon kakak iparnya, Tenten berlari sekencang mungkin lalu menerjang tubuh ramping Hinata.

"Kenapa kamu sembunyikan Hinata? Kenapa? Aku bersyukur akhirnya kamu bisa bersama si baka ini lagi," kata Tenten kemudian.

Satu persatu para sahabatnya datang bergiliran mereka memberikan ucapan selamat sekaligus mengungkapkan kebahagiaan atas lamaran dilakukan pasangan ini.

"Syukurlah Hinata, kami ikut senang," lanjut Sakura.

"Akhirnya, perjuangan si baka ini menemukan titik akhir, selamat buat kalian," timpal Temari.

"Aku ikut senang, semoga kalian bisa bahagia selalu," sambung Shikamaru.

"Syukurlah, akhirnya si baka kuning ini mau memperjuangkan cintanya dan mendapatkan mu kembali, Hinata." Kiba berucap sambil melirik Naruto dengan pandangan mematikan.

Semua orang yang hadir termasuk Ino, Sai, Choji, Shino, Sasuke turut mengucapkan selamat.

Hinata dan Naruto membalas terima kasih atas kunjungan mereka secara mendadak.

Setelah itu para wanita berkumpul di kamar Hinata bermaksud untuk menginap dan membicarakan banyak hal sebelum wanita berhijab tersebut menjadi istri orang, sedangkan para pria berkumpul di kediaman Naruto, di mana Sasuke langsung menyeret nya pergi dari sana.

"Katakan Hinata, apa kamu yakin kembali pada si baka itu?" tanya Sakura memulai.

"Em, aku yakin," balas Hinata tulus.

Ino terharu dengan berteriak heboh menahan tangis, "akhirnya sahabatku ini akan menikah juga." Ia merentangkan kedua tangan lalu memeluk Hinata erat.

"Aku senang mendengarnya kamu akan menikah, Hin," kata Temari kemudian.

"Semoga Naruto bisa membahagiakanmu dan tidak lagi menyakitimu," lanjut Tenten.

"Syukurlah, aku turut senang untuk kalian." Sakura kembali memberikan ucapan selamat.

Mereka semua memeluk Hinata secara bersamaan membuatnya tak bisa membendung kebahagiaan. Sungguh sangat menyenangkan jika dikelilingi oleh orang-orang yang tulus menyayangi kita.

"Terima kasih banyak, minna. Berkat kalian aku bisa sampai sejauh ini. Terima kasih atas dukungan dan dorongan kalian selama ini," balas Hinata.

Setetes air mata turut mendampingi membuat keempat sahabatnya juga tak kuasa membendung kebahagiaan.

"Uh~ kami menyayangimu, Hinata," kata Ino lagi semakin mengeratkan pelukannya.

"Kalau sudah jadi istri si baka jangan pernah lupakan kami," timpal Sakura kembali.

"Berbahagialah Hinata." Temari menambahkan.

"Cepat berikan kami ponakan," celetuk Tenten.

Hinata terkesiap, dan semuanya tertawa bersama. Sungguh hubungan pertemanan yang sangat menggembirakan.

Hinata bersyukur Allah mendatangkan orang-orang baik nan tulus seperti mereka.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas kelimpahan rezeki yang telah Kau berikan,"  benak Hinata mengucap syukur.




*Terima kasih banyak sudah mampir dan meninggalkan jejak 🙏🏻😆

Sumber gambar: Pinterest

InstaJrah (Instagram Hijrah)Where stories live. Discover now