⭐Bab 29⭐

48 9 3
                                    

Lembayung senja menemani sepasang insan tengah membentuk kebahagiaan di gazebo taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lembayung senja menemani sepasang insan tengah membentuk kebahagiaan di gazebo taman. Tidak pernah terukir dalam benak jika kesakitan masa lalu akan berakhir bersama.

Masa itu mengajarkan apa artinya melepaskan, mengikhlaskan, serta menerima segala ketentuan dari-Nya.

Dari kejadian kemarin seorang Hinata Navisha bisa berubah. Ia menjadi wanita sebenarnya dengan menjalankan perintah-Nya.

Hijab terulur panjang tersapu angin, bayangannya menampakkan gelombang bak air laut menerjang. Sepasang sapphire menatap lekat, bilah sudut bibir melengkung sempurna.

Sudah terlalu banyak kisah serta pembelajaran berharga diterimanya. Baik, buruk, senang, sedih, serta kecewa menyadarkan diri jika apa yang ditanam pasti suatu saat akan dituai juga.

Naruto telah mendapatkan ganjaran dari perbuatannya menyakiti seorang gadis setulus Hinata.

Waktu itu ia terlalu bodoh, terlalu naif, dan terlalu egois mementingkan perasaan sendiri.

Berharap bisa mendapatkan cinta pertamanya dan mengabaikan ketulusan dari seseorang.

Sekarang waktu telah menyadarkan, Naruto tahu mana yang terbaik dan tidak. Ia sungguh sangat bersyukur Allah membukakan mata hati Hinata lagi untuk menerimanya kembali.

"Iya... selama beberapa tahun terakhir aku sudah banyak menderita. Perusahaan Tou-san bangkrut, semua orang menjauhiku, tidak mendapatkan lagi kepercayaan dari Hinata, tetapi sekarang... semua sudah baik-baik saja."

"Aku tidak menginginkan apa pun selain bisa bersama Hinata lagi. Aku sangat bersyukur, ternyata merayu Allah dipersetiga malam mendatangkan hikmah luar biasa," tutur Naruto membatin mengingat lagi apa yang dirinya lakukan kemarin-kemarin.

Ia sangat giat bangun dipersetiga malam hanya untuk menjalankan salat tahajud, meminta pada Allah agar sang wanita pujaan bisa menerimanya.

Rasa cinta itu sekarang sangatlah tulus, bukan kepalsuan apalagi gurauan. Ia begitu lega ketika Hinata menerima lamarannya kali ini.

"Hinata... apa kita benar-benar akan menikah?"

Sepenggal pertanyaan dari mulut menawan pria berusia dua puluh tujuh di depannya mengejutkan. Hinata yang disibukkan kembali dengan benda pintarnya mendongak.

Ia mendapati sepasang manik penuh minat memancar jelas. Seulas senyum yang dulu begitu disukainya hadir lagi.

Alis terukir rapih itu perlahan saling bertaut, tidak mengerti sekaligus bertanya-tanya tentang perkataan calon suaminya ini.

"Apa pernyataanku tadi tidak cukup untukmu?" tanya balik Hinata.

Sontak hal tersebut membuat Naruto kelimpungan. Ia melambai-lambaikan kedua tangan tepat di tengah-tengah mereka, panik sekaligus takut.

InstaJrah (Instagram Hijrah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang