Part 4: SMA 5 Juni

49 34 10
                                    

Setelah dua minggu Jae nolep, akhirnya memutuskan untuk mendaftar dirinya di salah satu SMA Swasta yang masih berada di wilayah Desa Pelita.

Karena ini hari pertama maka ia memutuskan datang lebih awal karena di sekolah lama nya Jae menjadi top 1 murid terlambat.

Kehadiran nya di sambut dengan pandangan kekaguman, sosok nya yang tinggi dengan bahu lebar. Meski rambut nya di cukur model apapun, ketampanan nya tidak akan berkurang.

"Nama gue Jae Haris, panggil Eja,"

Beberapa siswi berbisik satu sama lain sementara beberapa siswa merasa jijik karena mereka merasa rendah.

"Cuman itu aja? beritahu teman teman kamu dong, dimana kamu lahir atau sekolah asal kamu," Ucap seorang wanita paruh baya yang duduk di meja guru.

"Gue lahir di Seberlin," Singkat Jae.

"Huh? Seberlin katanya,"

"Tuh kan bener, dia dari kota,"

"Dia diem aja udah ganteng banget,"

Kira kira seperti itu percakapan para siswi.

Seorang siswi yang duduk di bangku kedua dari belakang, tepatnya di barisan tengah. Itu Cika, gadis yang di temui Jae saat di warung.

Entah kenapa dia merasa lega namun sekarang ia heran karena pandangan para siswi dan siswa teralihkan ke dirinya. Salah, ternyata mereka menatap seorang gadis yang sudah berdiri di sebelahnya dengan permen karet yang sedang di kunyah gadis itu.

"ALINA!!!" Teriak wanita paruh baya itu yang bernama Emi.

"Ehehe.. maaf Bu, saya telat,"

"Saya juga tau kamu telat!"

Alina hanya tersenyum kecil lalu melihat Jae yang berada di sebelah nya, "Oh, jadi, si pemilik iPhone murid baru disini,"

Para murid menjadi heran, kenapa Alina bisa mengenal Jae lebih dulu.

Sementara Jae mengabaikan Alina dan berjalan menuju meja nya, ia duduk di belakang Cika karena memang meja itu kosong.

"Tsk, jutek banget," Gumam Alina dan saat itu juga Bu Emi menjewer telinga nya.

"Syuh syuh, jangan masuk, berdiri sana di lapangan,"

Alina berjalan dengan ekspresi cemberut setelah Bu Emi mengusir nya.

"Al! Gue ada payung di keranjang sepeda!" Ucap Beni, salah satu sahabat nya.

Alina memberikan acungan jempol sebagai tanda mengerti namun Bu Emi menyentil dahinya.

"Agh! Sakit Bu! Ini mau jalan keluar,"

"Cepet, Gak usah ngobrol,"

••

Bel istirahat berbunyi setelah 3 jam pelajaran berlangsung. Beberapa murid berbondong-bondong keluar dari kelas dan pergi ke kantin.

Sementara di lapangan. Alina masih berdiri sembari memegang payung agar tidak kepanasan, ia cukup kuat secara fisik, di jemur tengah lapangan sudah seperti sehari hari nya disekolah.

"Si jalu pergi ke pasar~"

"GUE BUKAN SI MONYET JALU!"

Dasya terkikik geli melihat ekspresi Alina yang kelelahan.

Saga tersenyum seraya menyerahkan tisu dari saku celananya, "Ayo ke kantin,"

Alina melirik tisu yang agak lecek itu, "Bekas ingus nya Dasya ya?"

"Yeh, gue lagi gak pilek!" Bentak Dasya.

Saga hanya tersenyum, "Bersih kok,"

Alina menyeka keringat di dahinya dengan tisu lalu menutup kembali payung.

When We Were Young Où les histoires vivent. Découvrez maintenant