17

1K 226 20
                                    

(Y/n) mengetukkan ujung sepatunya ke sudut Aquabus. Gadis itu merasa sedikit bosan menunggu sepuluh menit perjalanan. Stasiun Marchotte diujung sana sudah mulai terlihat. Pakaian yang dipakai pun sudah basah, membuat (y/n) memilih untuk menutup payung dan berjalan menikmati hujan badai yang menerpanya.

Mata melirik kesana kemari, gadis itu kini berada di Opera Epiclese. Tentu saja dia tidak masuk mengingat pakaiannya masih meneteskan air hujan. (Y/n) hanya bertanya apakah Neuvillette ada didalam pada penjaga. Tentu, gadis itu lagi-lagi mendapatkan jawaban yang sama seperti Sedene.

Tidak ada Neuvillette didalam Opera Epiclese. (Y/n) memilih berjalan kembali menuju tempat sepasang gardemek yang menari. Duduk di salah satu bangku sembari berharap Neuvillette bisa segera dia temukan.

Dia tidak mau menjadi alasan Fontaine terancam tenggelam. Dia masih betah bekerja di The Steambird dan mendapatkan gaji juga bonus dari Euphrasie.

"Hakim Agung, dimana kau!" (Y/n) menjerit pelan, sedikit frustasi karena gadis itu tidak tahu apa-apa tentang Neuvillette. Tidak tahu dimana pria itu biasanya berada saat sakit hati.

Hufh, (y/n) lagi-lagi menghembuskan nafasnya dengan berat. Kepalanya sejak tadi sudah mulai nyut-nyutan, dia tebak besok dia akan mengungsi diatas kasur karena demam.

Diam-diam dirinya mencebik, jika demamnya nanti terlalu parah, (y/n) akan menemui Neuvillette dan menjambak tanduk kebiruan pria itu sebagai pelampiasan!

"Ah sudahlah, capek!"

Sudah cukup! (Y/n) lelah dan ingin beristirahat. Terserah Neuvillette ada dimana sekarang. Kepalanya pusing dan kakinya penat.

"Orang itu sebenarnya kemana!? Tua-tua menyusahkan!"

Gadis itu segera menutup wajahnya. Hujan kali ini terasa sangat menyakitkan, dan (y/n) lah penyebabnya. Meski begitu, air dingin yang jatuh turun seolah menyentuh wajahnya dengan lembut.

Dingin, tapi (y/n) menyukainya. Sejak kecil (y/n) selalu menyukai hujan. Itu pula alasannya tidak takut sedikitpun mencari Neuvillette ditengah badai hari ini.

Cukup lama (y/n) duduk diam disana. Hingga akhirnya gadis itu teringat saat dulu Neuvillette menangkap basah dirinya memotret sembarangan.

Dan benar saja, Neuvillette duduk diatas tanah basah tepat dibawah naungan pohon Bulle Fruit. Diam tak bergeming meskipun baju dan rambutnya basah oleh air hujan.

"Hakim Agung." Gadis itu memanggilnya. Memanggil dengan sopan sebelum mendekat kearah Neuvillette. (Y/n) tahu Neuvillette mendengar suaranya dengan jelas karena jarak mereka hanya 10 meter. Tapi apa-apaan itu, Neuvillette membuang wajahnya kesamping seolah-olah tidak mau melihat wajah (y/n). "Anda merajuk?"

(Y/n) menghela nafas lagi, gadis itu duduk disamping Neuvillette. Gadis itu mencoba menurunkan egonya demi berbincang dengan Neuvillette.

"Hujannya," (Y/n) kembali membuka suara setelah satu menit lebih keduanya tidak berkata apapun. "Tolong dihentikan. Anda bisa membuat Fontaine tenggelam kalau hujan badai seperti ini terus."

Neuvillette masih diam, tidak menjawab ucapan (y/n), membuat kening gadis itu mengkerut tidak senang.

"Bisa tolong lihat saya sebentar, Hakim Agung?" (Y/n) hampir saja berteriak marah. Lagi-lagi Neuvillette mengabaikannya. "Tolong jangan kekanak-kanakan!"

"Pergi," Neuvillette akhirnya berbicara. Meski suara pria itu pelan dan hampir ditelan hujan, (y/n) masih bisa mendengarnya dengan baik. "Kau bilang kau membenciku, jadi pergilah."

Sejak kapan Neuvillette jadi melankolis begini? Membuat repot (y/n) saja. (Y/n) sampai mendengus keras mendengar ucapan Neuvillette. "Iya, saya benci Anda. Itu fakta. Apa Anda merajuk karena hal itu? Kenapa malah Anda yang jadi kekanak-kanakan?"

(Y/n) turut menyenderkan tubuhnya dibatang pohon Bulle Fruits. Gadis itu masih menatap Neuvillette yang acuh tak acuh dan mengabaikan dirinya.

"Maaf." (Y/n) akhirnya berhasil menurunkan ego. Gadis itu memilih berdamai saja daripada harus melihat Fontaine tenggelam karena ulah Neuvillette. "Saya minta maaf karena ucapan kasar saya. Tolong maafkan saya."

Neuvillette terlihat bergeming, pria itu sedikit menunduk menatap tanah. Neuvillette tahu (y/n) bersikap kasar dan kerap mengusirnya karena takut pada Neuvillette. Dan Neuvillette tidak bisa mengubah pandangan gadis itu padanya. Tapi saat mendengar (y/n) meminta maaf, Neuvillette merasa bebannya sedikit terangkat. Hanya ucapan kecil sederhana itu saja membuat perasaan Neuvillette jadi lebih membaik.

"Ah... Hujannya sudah berhenti."

Mendengar suara (y/n), Neuvillette turut melihat kearah langit. Dan benar saja, hujan telah berhenti. Sepertinya suasana hati Neuvillette sudah lebih baik daripada sebelumnya.

"Aku juga mau minta maaf," Neuvillette kini berbicara dengan tenang, tidak lagi gusar dan sedih seperti sebelumnya. "Harusnya aku tidak terlalu memaksakan diri. Membuatmu merasa jengkel dan kesal. Kau pasti merasa takut setiap kali aku muncul di hadapanmu, Nona."

"..."

Neuvillette menunggu jawaban cukup lama sebelum akhirnya dia berbalik dan menatap (y/n) yang sudah memejamkan mata dalam kondisi wajah memerah dan nafas tersengal-sengal.

"Nona?" Neuvillette memanggilnya, mengguncang pelan bahu (y/n). Tangan Neuvillette bisa merasakan tubuh (y/n) yang memanas. "Nona, Kau demam."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: yuk pal, dirawat atuh calon binimu 🤭

.
.
.

.
.
.

27 Maret 2024

𝓨𝓮𝓼, 𝓜𝓸𝓷𝓼𝓲𝓮𝓾𝓻? [Neuvillette X F. Reader]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt