11

1.2K 228 25
                                    

(Y/n) meletakkan karangan bunga diatas batu nisan. Salah satu sepupunya menjadi korban dari banjir di markas Spina Di Rosula. Menghilang begitu saja saat banjir dan tidak bisa ditemukan di mana-mana.

(Y/n) sudah tahu, sepupunya itu bekerja dibawah asuhan Demoiselle Navia. Sepupunya itu menjanjikan bahwa mereka akan hidup bersama-sama dan dilimpahi kekayaan.

Meski pada akhirnya sang sepupu kini sudah tiada.

Bagi (y/n) sepupunya itu sudah sama seperti saudara kandung. Wanita itu sangat baik padanya. Mengingat mereka hidup bersama cukup lama, ditambah setelah menikah wanita itu selalu mengirimkan uang bulanan untuknya.

"Lama tidak berjumpa, kakak." Gadis itu lirih, duduk disamping nisan bertuliskan nama kakak sepupunya itu.

Hari ini adalah peringatan tiga bulan. Gadis itu berniat membersihkan makam dan sedikit merapikannya, mengingat kakak sepupunya itu sangat mencintai kerapian dan kebersihan.

Cukup lama baginya berbincang sendiri disana. Hingga matahari tenggelam dan hanya menyisakan kemerahan dilangit. (Y/n) sudah menghabiskan makanan dan minuman beralkohol yang turut dia bawa tadi. Sangat jarang baginya meminum minuman itu, hanya beberapa kali setelah kematian kakak sepupunya itu.

"Sepertinya aku harus kembali." (Y/n) segera bersiap-siap, meletakkan kembali barang-barang miliknya kedalam keranjang makanan.

Langkah kakinya gontai, bahkan gadis itu mengabaikan treasure hoarder yang entah kenapa babak belur dan basah. Seperti habis disiram air oleh seseorang.

Entahlah, (y/n) tidak mau ambil pusing. Dia terlalu lelah dan ingin segera berkencan dengan kasur kesayangan. Kepalanya terasa pusing, dia tidak pernah terbiasa dengan yang namanya alkohol. Tubuhnya gontai, hampir limbung kalau saja tidak ada sebuah tangan memeluk pinggangnya dengan erat.

Neuvillette, pria itu menatap penuh dan dalam pada kedua mata (y/n) yang berair. Sepertinya gadis itu cukup mabuk hingga tidak memberontak atau menolak pelukannya. Tangan Neuvillette dengan mudah membawa gadis itu didalam pelukan, berjalan menuju Poisson untuk sekedar beristirahat mengingat hari sudah mulai malam. Navia pasti tidak akan menolak permohonannya untuk sebuah kamar.

Neuvillette meminta izin terlebih dahulu sebelum memasuki sebuah kamar dengan ranjang besar. Mau tidak mau keduanya harus berbagi. Lagipula, Neuvillette tidak memiliki niat buruk, hanya bermalam saja sampai gadis itu tidak mabuk lagi keesokan harinya.

Tubuh (y/n) dibaringkan dibagian kiri kasur. Neuvillette meletakkan keranjang milik gadis itu diatas meja sebelum akhirnya duduk diatas kursi. Mengamati wajah teduh gadis itu ketika tertidur. Mengamati bibir mungil itu terbuka sedikit dan menghembuskan nafas dengan pelan.

Neuvillette mengusap kasar wajahnya, kini Neuvillette berdiri dan hendak bergabung keatas kasur saat gadis itu bergerak perlahan.

Pakaian yang (y/n) kenakan sama seperti Neuvillette, sebuah kemeja berwarna biru tua. Sepertinya gadis itu sangat menyukai nuansa biru.

Dua kancing teratas terbuka, membuat Neuvillette meneguk ludah dengan kasar saat disuguhi pemandangan leher jenjang (y/n) yang terpampang jelas dihadapannya.

Tangan Neuvillette tergerak menyingkirkan anak rambut, memperhatikan bekas luka yang ada disana. Seketika rasa bersalah seolah menghantamnya. Neuvillette membuka dua kancing lain untuk mengecek bekas gigitan Neuvillette di bahu gadis itu.

Neuvillette bersusah payah menahan diri agar tidak kembali liar dan merusak kulit atau tubuh gadis itu. Tidak, Neuvillette benar-benar hanya memeriksa.

Jemari Neuvillette merasakan bekas jahitan, membuatnya semakin yakin dialah pelakunya. Nafas Neuvillette semakin berat, dengan adanya (y/n) yang tertidur dalam keadaan mabuk dan tidak berdaya, membuat instingnya semakin merekah. Neuvillette membawa jemari (y/n) ke mulutnya, mengusap perlahan dibibirnya sebelum akhirnya menjilat dan merasakan daging di jemari gadis itu pada taringnya.

"Sial..."

Insting Neuvillette menuntut untuk menggigit, merusak, dan mengunyah manusia dihadapannya. Lidahnya terus turun, merasakan pergelangan tangan yang kecil dan rapuh. Merasakan lengan hangat gadis itu dibibirnya. Neuvillette bisa saja menggigit hingga tangan gadis itu hancur. Memakannya dan memuaskan keinginan lapar dari insting naganya.

Neuvillette tersentak saat bibirnya menggapainya leher gadis itu. Neuvillette seketika mundur menjauh, meletakkan begitu saja tangan gadis itu diatas kasur.

Detak jantungnya terasa sangat keras dan bersemangat. Neuvillette tahu ini salah, Neuvillette berjalan cepat keluar dari kamar. Memilih untuk pergi ke kafe disamping hotel. Berniat membeli beberapa minuman dan sepotong daging asap untuknya, untuk mengenyangkan perut agar tidak berakhir menggigit (y/n).

"Aku tidak bisa... Ini terlalu kuat." Neuvillette bermonolog pelan. Kepalanya tertunduk menatap lantai dibawah. "Aku harus menjauh dari (y/n)."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: Nopal emang murni pengen makan yeen wkwkwkwkw 😭

.
.
.

.
.
.

21 Maret 2024

𝓨𝓮𝓼, 𝓜𝓸𝓷𝓼𝓲𝓮𝓾𝓻? [Neuvillette X F. Reader]Where stories live. Discover now