33 - Kepergok Budhe

13 2 0
                                    

"Assalamualaikum.." koor Ayah dan Mahes begitu masuk ke dapur, sepulang sholat Subuh berjamaah di masjid.

Kania dan bunda masih bersibuk-sibuk ria menyiapkan sarapan serta beberapa hantaran yang akan dibawa ke acara ngunduh mantu nantinya.

Jadi, nanti setelah sholat Jumat, akan ada acara ngunduh mantu kecil-kecilan di rumah orang tua Mahes. Sama seperti kemarin, beberapa tetangga dekat serta saudara.

"Waalaikumussalam.." jawab bunda dan Kania bersamaan.

Kania segera meletakkan cangkir berisi teh hangat untuk ayah dan Mahes begitu mereka duduk.

"Nanti acaranya kayak kemarin sore mas?" tanya ayah pada Mahes.

Mahes mengangguk, "Iya yah, tapi paling cuma sebentar. Kemarin Mahes bilang ngga usah, tapi ibuk sama bapak maksa pingin ada syukuran.." lanjutnya setelah meneguk teh buatan Kania.

"Kita pakai baju yang dari mbak Sarah kemarin mas?" tanya Kania.

"Iya, oh iya punya ayah sama bunda udah?"

"Udah nak, makasih ya, bunda suka gamisnya.." kali ini bunda yang menjawab.

"Itu buatan mbak Sarah loh bun.." tambah Kania.

"Oh iya?" bunda memastikan pada Mahes.

Mahes mengangguk, jadi sebenarnya kakak perempuan Mahes alias mbak Sarah itu punya semacam konveksi yang memproduksi busana muslim.

Selain memproduksi, beberapa waktu lalu Mahes sempat bercerita pada Kania mbak Sarah juga memiliki toko baik online maupun offline. Namun sayang sekali Kania belum berkesempatan untuk pergi ke toko mbak Sarah.

"Ada tokonya?" tanya bunda lagi.

"Ada bun.. alhamdulillah online ada, offline ada.." jawab Mahes.

"Wah.. boleh tuh kapan-kapan bunda diajak kesana. Kebetulan lagi nyari seragam buat ibu-ibu pengajian kompleks," lanjut bunda.

"Boleh bun, nanti kapan-kapan Mahes anterin kesana.."

Hening beberapa saat. Ayah ternyata sedang fokus dengan ponselnya, mungkin sudah ada pesanan barang dari pelanggan. Maklum, beberapa hari ini beliau sibuk menyiapkan pernikahan putri sulungnya. Sehingga toko desain interior milik ayah hanya buka setengah hari, itupun dijaga oleh karyawan-karyawannya.

"Oh iya bun, Shelin kemana?" tanya Kania, ia baru sadar sedari tadi belum melihat adiknya itu.

"Loh kamu ngga tau?" ayah akhirnya buka suara lagi.

Kania menggeleng.

"Shelin nganterin budhe, terus sekalian bunda suruh nginep soalnya ada kelas pagi. Kasian kalau bolak-balik,"

"Berarti nanti budhe ngga ikut ke rumah mas Mahes dong?" tanya Kania sedih.

"Budhe kemaren dapet telfon dari kampus katanya ada meeting staff habis Jumatan nanti, makanya ngga bisa ikut. Semalem mau pamitan sama kamu, katanya kamar kamu udah sepi, emang semalem kamu tidur jam berapa?" demi apapun, pertanyaan bunda membuat Mahes tersedak tehnya.

"Ehem ehem!" Ayah langsung berdehem seolah paham dengan apa yang terjadi semalam.

Dan tentu saja, pipi dan telinga Kania langsung memerah. Terlebih saat ini dia tidak mengenakan hijab dan rambutnya ia kuncir ekor kuda. Terpampang jelas bukan pipi dan telinga yang putih itu?

"Jam berapa mas?" tanya Kania pada Mahes, anak itu berusaha menutupi salah tingkahnya, tapi gagal. Karena Mahes juga ikut salah tingkah.

"Jam 10 deh kayaknya.." jawab Mahes asal.

You Are My LightWhere stories live. Discover now