30 - Healing

9 3 0
                                    

Begitu Kalila, Malik, dan Abiw pulang, Kania bergegas masuk ke dalam selimutnya. Gadis itu masih punya banyak hal yang harus ia renungkan malam ini. Terutama ucapan Kalila dan Malik.

Benar kata Kalila, tak seharusnya Kania seperti tadi. Bukankah dia menyalahkan takdir jika terus menyesali semua yang sudah terjadi?

Benar kata Malik, bukankah sepertinya kemarin jalan bagi Kania dan mas Mario sudah buntu? Tapi tiba-tiba saja Allah memberi jalan lain bagi mas Mahes untuk masuk dengan begitu mudahnya ke dalam kehidupan Kania?

Lalu untuk apa dia khawatir? Untuk apa dia takut jika dalam keputusannya kali ini ada Allah dan ayah bunda yang terus ia libatkan?

Meski malam semakin larut dan matanya masih sulit terpejam, Kania tetap berusaha untuk tidur karena besok adalah hari dimana pengajian menjelang pernikahannya dengan mas Mahes akan digelar.

Sementara di tempat lain..

"Mas, kafe udah mau tutup, mas Mario ngga pulang?" tanya Juna begitu hati-hati pada Mario yang masih betah di rooftop usai sholat Isya' tadi.

"Duluan aja Jun, gue masih pingin disini.." jawab mas Mario.

Juna hanya bisa menurut. Laki-laki itu bergegas turun untuk kembali melanjutkan aktifitas beres-beresnya sebelum tutup, pasalnya jam sudah menunjukkan pukul dua belas.

"Mas Mario.." beberapa saat kemudian suara seseorang membuat mas Mario menoleh dan menghambur ke pelukan gadis itu.

"Pulang yuk mas! Udah malem.." ajak gadis itu sambil memeluk mas Mario.

Mas Mario hanya menggeleng pelan. Ya dia belum ingin pulang. Dia masih ingin disini, menikmati dinginnya malam di tempat pertama kali laki-laki itu bertemu Kania.

"Katanya Allah Maha Baik?" tanya mas Mario dengan isaknya yang semakin keras.

"Istighfar mas.." gadis itu ikut terisak pelan. Bagaimanapun dia paham bagaimana hancurnya mas Mario saat ini.

Tadi begitu menerima undangan dari Kania, Juna segera mengirimkannya pada mas Mario dan Mona. Akan tetapi tentu saja ayah Kania sudah memberi tahu mas Mario terlebih dahulu.

"Sabar mas.." Mona mengusap-usap punggung kakaknya.

Lagi-lagi mas Mario hanya bisa terus terisak. Sesekali laki-laki itu ber-istighfar pelan.

"Pulang ya mas?" Mona kembali membunjuk mas Mario untuk pulang.

"Mas masih pingin disini.." kekeuh mas Mario yang membuat Mona menyerah pada akhirnya. Gadis itu memutuskan untuk menemani kakak sulungnya menangis di sana.

Karena Mona begitu mengerti, sebesar apa cinta mas Mario pada Kania. Usai kepergian ibunya, Mona merasa mas Mario tidak pernah bisa tertawa lepas.

Dia tersenyum, dia tertawa tapi penuh dengan luka. Meskipun membahagiakan orang-orang di sekitarnya adalah prioritasnya tapi mas Mario sering lupa bahwa dirinya juga butuh bahagia.

Dan pada akhirnya laki-laki itu bertemu dengan Kania, gadis ceria yang berhasil mengembalikan tawa lepasnya. Mas Mario seperti menemukan kembali tujuan hidupnya.

***

"Assalamualaikum.." seru Kalila sambil masuk kamar Kania.

"Waalaikumussalam.." Kania melongo beberapa detik, dia pikir semalam Kalila hanya bercanda mengenai rencana healing-nya. "Ini serius?" lanjut Kania seraya memasang pin kecil berbentuk kupu-kupu pada kerudungnya.

Kalila mengangguk cepat. "Kapan sih Kalila ngga serius mbak? Lagian emang mbak Kania ngga pingin quality time sama Kalila dulu sebelum nikah?"

Kania hanya mengangguk sambil berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Rasanya memang masih belum percaya kalau seminggu lagi statusnya akan berubah menjadi seorang istri.

You Are My LightWhere stories live. Discover now