19 - Calon Imam

8 4 0
                                    

"Darimana?" tanya mas Mario begitu Kania menjawab panggilan teleponnya.

"Ehm.. ada tamu tadi mas, maaf handphone Kania ketinggalan di kamar," jawab Kania, dia masih menimbang-nimbang untuk mengatakan pada mas Mario atau tidak bahwa tamunya mas Mahes.

"Siapa?" nahkan. Malah ditanyain.

"Mas Mahes.."

Hening. Tidak ada jawaban.

"Tadi mas Mahes ada kerjaan di sekitar sini mas, terus mampir deh," lanjut Kania, tentu saja berbohong karena Mahes usai mengerjakan proyek di Semarang bukan di dekat rumahnya.

"Oh.."

"Gimana keadaan bapak mas? Udah membaik?" tanya Kania berusaha mengalihkan pembicaraan. Ya, jadi hari Jumat kemarin, mas Mario dan Kania punya rencana untuk nonton. Tapi tiba-tiba saja sebelum jam pulang kantor, mas Mario mendapat kabar bahwa ayahnya dilarikan ke rumah sakit.

"Udah jauh lebih baik daripada kemaren,"

"Syukurlah.."

Hening.

"Mas Mario?"

"Mahes lama disitu?"

"Engga mas, cuma sebentar kok.."

"Ikut makan malem sama ayah sama bunda?"

"I..iya kan datengnya pas jam makan malem mas, kebetulan tadi habis sholat isya' ayah langsung ngajak mas Mahes ikutan makan malem.." kali ini Kania menjawab jujur.

"Pasti sholat isya' berjamaah.." gumam mas Mario tapi masih terdengar di telinga Kania.

Kania hanya menghela napas.

"Calon imam yang baik tuh, ayah pasti seneng.."

"Mas Mario apaan sih?"

"Hahaha" terdengar tawa mas Mario yang sangat hambar. Kania paham betul, suasana hati mas Mario pasti sedang tidak baik-baik saja. Bukan hanya karena Mahes yang bertamu ke rumah Kania tapi juga karena kondisi ayahnya.

"Mas Mario udah makan?" tanya Kania lagi mencoba untuk mencairkan suasana.

"Belum pingin.."

"Makan mas, jaga kesehatan. Kemarin kan mas Mario habis begadang di rumah sakit berhari-hari nungguin Kania. Sekarang harus nungguin bapak.."

Mas Mario lagi-lagi hanya terkekeh pelan.

"Mas Mario jangan gitu dong, Kania juga ga tau kok kalau mas Mahes bakalan ke rumah. Tiba-tiba aja dia dateng, ya masa Kania usir?" jelas Kania panjang lebar.

"Kayanya di lebih baik dari aku, pasti ayah sama bunda juga sependapat sama aku kan?"

"Udah malem mas, mending mas Mario istirahat. Jaga kesehatan, bapak masih butuh mas Mario. Jangan lupa makan, besok kalau capek ngga usah ngantor dulu. Kania tutup ya mas? Selamat istirahat.."

Tut—

Tanpa menunggu persetujuan dari mas Mario, Kania langsung mengakhiri sambungan teleponnya.

***

Keesokan harinya, pukul tujuh lebih sepuluh menit Kania baru sampai kantor. Dan tentu saja parkiran akan sangat penuh jika jam sudah mepet untuk waktu apel.

Kania hanya menghela napas pasrah. Dia hampir memarkirkan motornya di jalan menuju parkiran sebelum akhirnya dari jalan yang lain seseorang datang dengan motornya.

"Bentar mbak, aku cariin tempat buat parkir," ucap seseorang yang Kania baru sadar itu Mahes.

Kania hanya refleks mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun.

You Are My LightWhere stories live. Discover now