23 - Masih Teman

13 3 0
                                    

"Maafin bapak ya Kania?" ujar mas Mario mengawali pembicaraan pagi itu.

Tadi Kania memilih untuk berbicara di kantin, daripada di ruang tamu. Mahes juga sempat menawarkan diri untuk menemani, tapi Kania menolaknya. Saat ini dia butuh waktu berdua untuk menyelesaikan apa yang telah dia mulai bersama mas Mario.

"Maafin Kania juga ya mas?"

Mas Mario mengernyitkan keningnya. "Aku yang salah Kania, harusnya sejak awal aku ngga memulai ini semua, padahal aku tau akhirnya bakal gimana.."

"Kania juga salah mas.."

"Kita cari jalan keluarnya bareng-bareng.." ucap mas Mario.

"Maafin Kania mas, tapi ternyata ayah sama bunda juga ngga setuju sama hubungan kita," jujur Kania pada akhirnya.

"Karena bapak kemarin?"

Kania menggeleng cepat.

"Bukan itu mas.."

"Aku paham kok, sekali lagi maaf ya.."

"Maafin ayah sama bunda juga ya mas?"

Mas Mario mengangguk.

Hening beberapa saat. Keduanya sibuk dengan minuman dan pikiran masing-masing.

"Kita masih bisa temenan kan?" tanya mas Mario tiba-tiba.

Kania mengangguk seraya tersenyum.

"Kamu masih bakalan sering ke kafe aku kan?"

"In syaa allah mas.." lagi-lagi Kania tersenyum.

"Makasih ya.." ucap keduanya bersamaan.

"Buat?" tanya mas Mario.

"Mas Mario udah baik banget sama Kania.."

"Kamu juga udah baik banget sama aku Kania.."

Sesuatu seperti tercekat di tenggorokan keduanya. Ingin rasanya menangis dan berkata mereka tidak ingin saling meninggalkan. Tapi kenyataannya semesta memang tidak memberi restu pada mereka berdua. Sekuat apapun usaha jika memang bukan takdirnya, mana bisa dipaksa?

"Jangan nangis.." mas Mario ikut berkaca-kaca melihat Kania menitikkan air matanya.

"Engga.." bantah Kania cepat.

"Bohong.. tuh suaranya serak kaya kodok,"

Ah, lagi-lagi mas Mario kembali menjadi mas Mario yang dulu. Yang pandai membuat pipi Kania merona, pandai membuat jantung Kania berdebar, dan pandai membuat Kania salah tingkah.

Kania terkekeh pelan. Dia kembali meminum jus jeruk yang dipesannya tadi.

Mario masih memperhatikan gadis di hadapannya, kata-kata Mona semalam masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Mas Mario jangan egois, kalau mas Mario ngga mau berubah, ya udah lepasin mbak Kania mas. Kedua orang tua mbak Kania juga ngga mau kehilangan mbak Kania kaya bapak ngga mau kehilangan mas Mario. Dan mas Mario harus paham itu. Mungkin nanti mas Mario bakalan ketemu sama seseorang yang jauh lebih baik buat mas Mario, pun mbak Kania. Suatu saat mbak Kania pasti juga bakalan ketemu seseorang yang lebih baik dari mas Mario,"

"Hey.." Kania melambaikan tangannya di depan mas Mario, "Malah bengong.."

"Eh iya kenapa?"

"Ngga dicariin pak Kadis ntar?"

"Pak Kadis lagi di luar kota kok, aman.."

Kania mengangguk-angguk paham.

"Kita belum kesampaian nonton, malem minggu besok nonton yuk!"

You Are My LightWhere stories live. Discover now