7 - Mantu Idaman

14 3 0
                                    

"Lo ikut ga ntar?" tanya Malik begitu Kania duduk di kursinya.

"Kemana?" tanya Kania balik.

"Ketemu calon mertua,"

"Mertua lo?"

"Mertua lo lah!" jawab Malik enteng.

"Hah?"

"Biar mbak Kania napas dulu kenapa sih?" bela Kalila, pasalnya hari ini Kania baru sata datang dan izin tidak mengikuti apel pagi. Jadi wajar saja dia ngang ngong ngang ngong saat ditanya Malik.

"Seriusan, ini ada apa sih?!" tanya Kania semakin penasaran.

"Rencananya nanti pulang ngantor mau jengukin bapaknya mas Mahes mbak, katanya habis operasi," jawab Kalila panjang lebar tapi jelas, tidak seperti Malik.

"Ohh.. boleh-boleh.." sahut Kania.

"Semangat! Mau ketemu calon mertua!" goda Malik lagi.

"Apasih?!"

"Orang mbak Kania tuh sama mas Mario sekarang!" Kalila tersenyum jenaka melihat pipi Kania memerah. "Kan, bener kan.." Kalila semakin menjadi-jadi.

"Ngarang!" sangkal Kania cepat.

"Mana bisa? Udah jelas mereka beda server," tandas Abiw.

"Tuh, Abiw aja tau!" sambung Kania lagi.

"Tapi hati ga bisa bohong mbak," Kalila masih gencar menggoda Kania.

"Kalilaaa please dongggg" rengek Kania memelas.

"Hehe, semangat mbak!" gadis itu hanya meringis sebentar lalu kembali fokus pada komputer layar datar di hadapannya.

"Inget yak.. benteng yang misahin kalian terlalu tinggi.." lagi-lagi kalimat dari Malik membuat hati Kania mencelos. Kenapa dia sedih? Kenapa dia juga ikut menyesali? Mas Mario baik. Mas Mario sangat menawan baginya. Tapi mengapa harus ada perbedaan itu?

Lagi, mengapa harus Kania yang ada di posisi ini? Mengapa dan mengapa terus berputar di kepalanya. Namun dia kembali teringat. Bukankah semua yang terjadi di dunia ini bukan tanpa alasan? Kita hanya perlu menanti dengan sabar hal indah apa yang akan terjadi di depan.

***

"Masyaallah ibuk, malah repot-repot, Kania sama temen-temen sudah makan tadi di kantor," Kania yang barusaja keluar dari kamar mandi segera menghampiri perempuan yang beberapa saat lalu memperkenalkan diri sebagai ibunya Mahes.

"Ndak papa mbak, wong namanya tamu ya memang harus dijamu to," jawab ibunya Mas Mahes sambil bersibuk-sibuk ria menyiapkan makanan.

"Yasudah kalau begitu, biar Kania aja yang masak ya buk? Ibuk duduk aja.."

"Loh ya jangan to mbak, tamu kok malah ikut repot di dapur," cegah ibunya mas Mahes.

"Ndak papa buk, lagian nanti kalau ibuk kecapekan, bapak gimana?"

"Yasudah kalau gitu mbak, terimakasih banyak ya?" ujar ibu Mas Mahes sambil mengusap lembut bahu Kania. Tak disangka gadis itu dengan sigap melanjutkan masakan ibu mas Mahes.

"Oh ibuk baru inget, ini to yang namanya mbak Kania?" tanya ibu mas Mahes setelah beberapa saat memperhatikan Kania.

"Iya ibuk, ini yang namanya Kania.." Kania menoleh sebentar kemudian tersenyum.

"Owalah.. cantik ya. Pinter masak juga.. Masyaallah mantu idaman,"

Kania tertawa pelan, "Masyaallah ibuk bisa aja.."

"Doain mas Mahes ya mbak? Biar cepet ketemu jodohnya.." siapapun yang mendengarnya pasti akan tau betapa ibunya mas Mahes sangat berharap anak lelaki bungsunya segera menemukan tambatan hatinya.

Pasalnya setahu Kania, Mahes memang masih sendiri. Maksudnya dia belum pernah digosipkan dekat dengan perempuan manapun.

"Aamiin buk.." sahut Kania tidak kalah tulus.

"Nah mbak Kania sendiri sudah berkeluarga?" pertanyaan ibunya mas Mahes kembali membuat Kania tertawa.

"Alhamdulillah, belum ibuk.. Kebetulan Kania juga belum Allah kasih izin ketemu sama mas jodoh," Kania lagi-lagi hanya meringis.

"Wahhh kalau gitu ibuk doain Mahes sama mbak Kania aja ya? Semoga kalian berjodoh, dunia dan akhirat, aamiin.." lagi-lagi doa ibu mas Mahes penuh harap.

"Doa ibuk itu maqbul loh buk, takutnya nanti mas Mahes udah punya pilihan, cuma belum dikenalin ke ibuk aja.."

"Ibuk udah sreg sama mbak Kania, ndak papa ya mbak? Ibuk setuju banget kalo Mahes sama mbak Kania.."

Lagi-lagi Kania hanya tersenyum. Tidak mungkin kan dia bilang tidak?

"Hehe iya buk, kalau misalkan nanti takdirnya sudah begitu ya in syaa allah, doakan Kania sama mas Mahes yang terbaik saja buk.." ujar Kania.

"Aamiin.."

***

Usai menyantap makanan yang dihidangkan, Kania dan rombongan kembali mengobrol dengan kedua orang tua Mahes.

"Jadi mbak Kania sudah dua kali kesini?" tanya ibunya mas Mahes.

Kania hanya mengangguk. Memang beberapa waktu yang lalu saat pulang kerja, Abiw mengajaknya mampir sebentar untuk mengambil pesanannya. Namun Qodarullah, saat itu ibunya mas Mahes tidak bertemu dengan Kania.

"Ya semoga nanti terus kesini ya mbak.." lagi-lagi ibunya mas Mahes melangitkan doa agar Kania dan Mahes berjodoh.

"Aamiin!!" jawab anak-anak serentak, Kania hanya bisa menahan pipinya yang semakin memanas, bahkan untuk melihat ekspresi Mahes-pun dia tidak berani.

"Semoga Allah mengabulkan, ibuk setuju sebenernya.."

"Setuju ya buk kalau Mahes sama Kania?" seseorang dari divisi infrastruktur bernama Rama yang biasanya cuek, kali ini terlihat sangat antusias.

Lalu Malik? Jangan ditanya, sedari tadi anak itu puas mendengar ibunya Mahes memuji-muji Kania bahkan mengungkapkan keinginan beliau menjadikan menantunya di depan anak lelakinya.

"Setuju sekali mas, ya nanti mudah-mudahan doa ibu sama bapak qobul, mudah-mudahan beneran jodoh, mohon doanya ya mas mbak?"

"Ini temen-temen semua juga setuju buk kalau mas Mahes sama mbak Kania," Kalila tiba-tiba ikut berkomentar, bisa-bisanya padahal dia tadi mendukung Kania bersama mas Mario. Dasar labil.

"Iya mbak.. Alhamdulillah kalau begitu. Terimakasih juga ya sudah mau nganterin mbak Kania kesini, semoga nanti memang jodohnya disini.."

"Aamiin.." lagi-lagi koor suara aamiin menggema di ruang tamu yang cukup luas ini.

Dari ekor mata Kania, Kania melihat bapaknya mas Mahes hanya ikut senyum-senyum saja. Berbeda dengan ibunya yang sangat antusias menjadikannya menantu. Tapi meski begitu, saat baru tiba tadi, Kania sempat mengobrol banyak dengan bapaknya mas Mahes.

Bahkan beberapa anak kantor ada yang usil mengambil gambar Kania saat berbincang-bincang dengan beliau. Tentu saja dengan entengnya mereka mengunggahnya di group kantor dan diberi caption 'sedang pedekate dengan calon mertua'.

Saat seperti itu Kania hanya bisa diam sambil senyum-senyum. Dia sendiri juga bingung dengan perasaannya. Mas Mahes memang perhatian akhir-akhir ini, tapi tentu saja act of service mas Mario mengalahkan love language mas Mahes yang hanya akan mengirim pesan pada Kania seperlunya. Tahu kan maksudnya? Yups, tanpa modus dan tanpa babibu, apa perlunya, yaudah itu aja.

Bahkan sore ini, Kania sama sekali tidak mendengar suara mas Mahes. Saat semua teman-temannya heboh, Mahes hanya terdiam. Kania tidak tahu apa penyebabnya. Semoga saja hubungan Kania dan Mahes tidak semakin canggung nantinya.

–––––––

Halooo assalamualaikum! Maaf kalo part ini agak ga jelas! Tapi semoga kalian tetap suka ya! Part ini aku tulis berdasarkan kisah nyata loh! So, happy reading guys! Baarakallah🌻

You Are My LightOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz