00V. Pemaksaan Berkedok Lamaran

71 27 63
                                    

00V. Pemaksaan Berkedok Lamaran

Adelaide Carole von Bernadette atau Adelaide Carole von Effenberg merupakan istri Kaisar Berg yang baru saja meninggal dunia-sekitar 3 bulan lalu, yaitu Khalix Louis von Effenberg

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adelaide Carole von Bernadette atau Adelaide Carole von Effenberg merupakan istri Kaisar Berg yang baru saja meninggal dunia-sekitar 3 bulan lalu, yaitu Khalix Louis von Effenberg. Adelaide dikenal sebagai istri yang setia mendampingi suaminya. Namun, hingga 9 tahun menikah, mereka belum dikarunia seorang anak.

Selain terkenal cantik, cerdas, serta pemberani, Adelaide yang memiliki ciri fisik rambut pirang coklat terang dengan semburat emas-copper blonde, bola mata autum green yang memikat, hidung mancung, bibir sempurna berbentuk cupid's bow, alis menukik tegas, rahang yang terbentuk sempurna serta tubuh semampai dengan lekuk yang pas, rupanya juga ... gila. Setidaknya itulah pandangan Kaelus di pertemuan pertamanya dengan Adelaide.

"Maafkan saya, Your Majesty. Mungkin saya salah dengar."

Itu adalah respon Kaelus terhadap lamaran mengejutkan yang diajukan oleh Adelaide.

"Tidak ada yang salah di sini," kata Adelaide pada pria yang tampak tidak tidak percaya pada lamarannya. "Saya memang datang untuk melamar Anda."

"Anda sedang bercanda, Your Majesty?"

"Apakah saya terlihat sedang bercanda, Marquis Kaelus?" balas Adelaide. Alih-alih menjawab pertanyaan Kaelus. "Saya bicara serius," tegasnya.

Kaelus yang berdiri tegap di hadapan Adelaide tampak memicingkan mata. Raut wajahnya masih tenang, sama seperti lawan bicaranya. Pengendalian diri masing-masing memang patut diacungi jempol.

"Saya tidak ingin basa-basi. Surat yang dikirimkan oleh sekretaris saya adalah surat persetujuan untuk kunjungan ke manor Marquis of Cleveland. Tujuan sebenarnya dari kunjungan ini adalah melamar Anda." Adelaide maju satu langkah, mendekati pria yang menatapnya lekat. "Seorang raja atau ratu yang sedang berkuasa tidak dapat dilamar oleh siapa pun. Begitu pula dengan saya. Maka dari itu, saya yang datang ke sini seorang diri untuk melamar Anda."

"Melamar saya?" ulang Kaelus dengan telunjuk mengarah pada dirinya sendiri. "Anda ingin melamar pria beristri, Your Majesty?"

Adelaide menganggukkan kepala tanpa segan. "Wanita yang tadi menyambut saya bersama seorang gadis kecil adalah istri dan anak Anda, bukan?"

Kaelus tidak menjawab. Namun, sorot matanya tetap menatap lekat ke arah Adelaide.

"Saya tidak keberatan jika harus meminta izin terlebih dahulu kepada istri Anda. Tadinya saya memang ingin melamar Anda lewat Marchioness Cyrene-istri Anda."

"Tolong urungkan niat gila Anda, Your Majesty." Kaelus berkata tanpa mengurangi rasa hormatnya. "Saya tidak mungkin menerima lamaran Anda."

Adelaide menunjukkan senyum mempesonanya pertama kali. Ia sudah menduga jika penolakan serta lontaran kata 'gila' yang akan menjadi jawaban dari lamarannya. Kendati demikian, ia tidak memiliki bisa kembali dengan tangan kosong.

"Anda harus menerima lamaran saya, Marquis Kaelus."

"Maafkan saya, Your Majesty. Saya adalah pria beristri. Saya tidak akan menerima lamaran Anda," tukas Kaelus seraya menundukkan kepala-menunjukkan gesture memberi penghormatan pada wanita dengan status sosial yang lebih tinggi darinya. "Jika kedatangan Anda hanya untuk permintaan mustahil seperti ini, saya ..."

Adelaide mengikis jarak lebih banyak dalam waktu singkat. Ketika berdiri tepat di hadapan pria itu, sebuah kebenaran dilontarkan oleh bibir ranumnya. "Anda harus membantu saya mendapatkan keturunan, Marquis Kaelus, atau saya harus memanggil Anda ... Pangeran Ka'elouis?"

Terdapat keterkejutan di wajah Kaelus. "Bagaimana bisa Anda mengetahui nama kecil saya?"

Adelaide tersenyum misterius. Telunjuknya yang lentik terangkat, menyentuh brevet penghargaan yang paling mencolok dalam pakaian dinas yang digunakan lawan bicaranya. "Anda adalah putra tunggal mendiang Mrs. Karinina of Kellynch Hall, putri Count of Kellynch Hall yang melarikan diri dari rumah agar dapat hidup bersama kekasihnya, yaitu Ayah kandung Anda." Bola mata hijaunya meneliti perubahan raut wajah lawan bicaranya dengan seksama. "Apakah Anda terkejut?"

"Dari mana Anda mengetahui identitas Ibu saya?" interogasi Kaelus yang kini menatap dingin ke arah Adelaide.

"Tidak penting dari mana saya mengetahui identitas Ibu Anda. Setelah Anda menerima lamaran saya-"

"Katakan, dari siapa Anda mengetahui latar belakang keluarga saya?" potong Kaelus dengan suara yang naik satu oktaf. Tanpa sadar, salah satu tangannya mencengkram pinggang wanita mulia di hadapannya-bertujuan agar wanita itu tidak melarikan diri dan tetap berada dalam jangkauan.

"Apakah Anda sadar sedang bicara pada siapa, Marquis Kaelus?"

"Anda yang terlebih dahulu melewati batasan, Your Majesty," jawab Kaelus tanpa melepaskan cengkeramannya sama sekali. Ia ingin memastikan dari mana Adelaide mengetahui identitas serta latar belakang keluarganya.

Padahal hingga saat ini, Kaelus hanya mengetahui sedikit informasi tentang latar belakang ibunya yang merupakan putri Count of Kellynch yang dibuang karena lebih memilih kawin lari dengan kekasihnya. Dari hubungan tanpa restu itu, lahirlah Kaelus.

Semenjak hidup dalam pelarian, ibunya sempat bekerja di rumah bordil-tempat pelacuran-sebagai perias dan penata busana. Sampai Kaelus beranjak dewasa, menggali identitas orang tuanya sangatlah sulit. Bahkan Raja Robelia juga tidak dapat membantu banyak karena Count of Kellynch dan keluarganya tidak mau buka mulut.

"Katakan, dari mana dan untuk apa Anda menyelidiki latar belakang keluarga saya?"

Adelaide masih terlihat tenang dan anggun dalam posisi yang sebenarnya sangat tidak lazim. Seorang janda kaisar dan Marquis beristri dalam posisi cukup intim, benar-benar bukan pemandangan yang layak diperlihatkan masyarakat kelas atas seperti mereka.

"Saya akan mengatakannya jika Anda setuju untuk menerima lamaran saya," tawar Adelaide.

"Demi Tuhan, Your Majesty. Suami Anda baru saja meninggal. Saat ini pun Anda dan seluruh kekaisaran Berg masih berkabung."

"Maka dari itu, terima lamaran ini dan bantu saya mendapatkan pewaris tahta untuk mendiang suami saya."

Kaelus terdiam. Begitu pula dengan Adelaide yang baru saja mengutarakan inti dari tujuannya.

"Saya ingin melakukan pernikahan levirate dengan Anda," ucap Adelaide dengan pandangan hanya tertuju pada Kaelus. Bohong jantungnya tidak ribut, tetapi dalam kondisi seperti ini Adelaide harus konsisten.

"Kenapa harus dengan saya?" tanya Kaelus yang semakin dibuat kebingungan.

Kaelus tidak bodoh dan tentunya paham maksud dari pernikahan yang dimaksud oleh sang empress regnat yang kini terkunci oleh belitan lengan kokohnya.

"Karena Anda adalah Adik laki-laki dari mendiang suami saya."

Jawaban itulah yang kemudian berhasil membungkam Kaelus. Di tengah kebingungan pria itu, Adelaide menggunakan ke-dua telapak tangannya untuk bertumpu pada dada bidang Kaelus.

"Anda dan mendiang suami saya memiliki Ayah yang sama, yaitu mendiang Kaisar Louis von Effenberg. Oleh karena itu, terima lamaran saya agar kehidupan tentram Anda tetap berjalan sebagaimana mestinya."

🥀🥀

To Be Continued

Sukabumi 08-04-24

Levirate MarriageWhere stories live. Discover now