12. Salah tingkah

Start from the beginning
                                    

"E-eh iya udah bisa ya Mas. Ya udah aku ke dalem dulu ya Mas. Eum... M-makasih ya Mas udah bantu aku" ujar Rin, entah kenapa cara bicaranya terbata begini. Menambah kadar kemaluan Rin saja.

Dean melemparkan senyumannya lalu menganggukkan kepalanya sekali. Rin tersenyum tipis kemudian dia segera turun dari mobil Dean dan kembali menutup pintu mobil.

Brak!

Rin memejamkan matanya dengan erat lalu menepuk dahinya sekali, merutuki segala reaksi berlebihannya tadi yang membuat imejnya berantakan di depan Dean.

"Kenapa macet segala sih? Kan malu tadi ketauan ngelamun mikirin yang enggak enggak" gerutu Rin.

Ya, memang sih selama ini Rin selalu menjadi dirinya sendiri di depan Dean. Tapi sampai merona dengan sejelas itu dan melakukan tindakan bodoh seperti tadi? Ah, terlalu memalukan rasanya. Kalau mau jujur, ya jangan sampai sejujur itu juga kan? Bisa-bisa Dean mengira dirinya ini sedang salah tingkah karena terbawa perasaan. Ah, semoga saja tidak. Karena setahu Rin, pria yang selama tiga puluh tahun selalu hidup dengan status jomblonya itu  kurang peka dengan hal-hal semacam itu. Jadi mari berpikir positif dan lupakan kejadian tadi!

Rin menghela napasnya panjang, membuang segala rasa malunya yang hampir membuat Rin ingin tenggelam ke rawa-rawa tersebut, sebelum kemudian ia berjalan ke arah kafe dengan sedikit menghentakkan kakinya ke lantai.

Di dalam mobil, Dean terus menatap punggung Rin sampai menghilang dibalik pintu kafe dengan senyuman yang tercetak jelas di wajahnya. Lucu saja melihat Rin jika sedang salah tingkah begitu.

Ah, tentu saja Dean menyadarinya.

Dean menggelengkan kepalanya pelan kemudian segera keluar dari mobil pinjamannya ini. Ia berjalan sampai ke bagian belakang mobil guna menurunkan semua barang belanjaannya yang tersimpan di area kabin belakang mobil. Tidak banyak sebetulnya, tapi bobotnya lumayan sehingga bantuan pria seperti Sean sangat diperlukan.

Ngomong-ngomong, beberapa belanjaan Dean dan Rin diantaranya adalah satu karung tepung, beberapa krat telur, dan bahan-bahan untuk membuat kue lainnya. Tentu saja masalah perkuean dibantu oleh list yang Desi berikan pada Rin lewat chat. Lalu ada juga beberapa karung berukuran sedang berisi biji kopi berkualitas, beberapa kardus berisi kaleng susu dan bahan lainnya yang dipergunakan untuk meracik menu kopi.

"Kenapa gue lagi sih Kak? Gue udah masang tabung gas, pindahin pot taneman yang segede gaban sampe pasang lampu, masa sekarang kudu pindahin-pindahin barang belanjaan sih?!"

Dean mendongakkan kepalanya kala dia mendengar suara yang sudah sangat dia hafal di luar kepala. Iya, suara Sean. Siapa lagi orang yang hobi menggerutu ketika dimintai bantuan kalau bukan Sean. 

"Serius Sen bisa semua kamu lakuin itu? Aku kira kamu bisanya cuci piring aja loh" ujar Rin, tidak memperdulikan gerutuan Sean, dia justru lebih fokus pada apa-apa saja yang Sean lakukan sejak pagi. Rasanya baru kali ini Rin tahu kalau Sean memiliki keahlian lain di luar cuci-mencuci piring. Kalau tahu begitu sih seharusnya Rin jangan hanya menempatkan Sean di satu posisi saja.

Sean memasang raut wajah datarnya karena perkataan Rin yang menyakiti harga dirinya. Dia ini pria, cupu sekali rasanya kalau hanya bisa mencuci piring. Pekerjaan berat tentu saja bisa juga dia lakukan. Tapi memang pada dasarnya saja dia malas menunjukkannya. Intinya, dia tidak terima Rin meremehkannya.

Dean menurunkan sebuah kardus di teras kafe sebagai benda terakhir yang ia keluarkan dari mobil. "Sean, tolong dimasukin ke kafe ya, Mas mau anterin mobil Galih dulu" titahnya, memutus perdebatan Sean dan Rin.

Sean langsung menoleh ke arah Dean dengan tatapan tidak terimanya. Habisnya semua belanjaannya ini akan secara otomatis menjadi tanggungjawabnya. Bisa-bisa remuk tulang Sean karena sedari pagi-pagi buta sudah bekerja se-ekstra ini.

Dean mengangkat satu alisnya karena tatapan tidak terima yang Sean layangkan beberapa detik setelah ia menitah Sean. "Kenapa Sen? Bisa kan? Kalau enggak ya nggak papa nanti sama Mas aja" ucap Dean dengan pembawaan santainya. Tapi raut wajahnya yang menurutnya kelihatan tidak santai itulah yang membuat Sean tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Dean.

"Iya Mas. Bisa" jawab Sean pada akhirnya, pasrah di depan Kakaknya.

Dean melemparkan senyuman tipisnya. Dia pun segera berjalan memutari mobilnya berniat masuk ke dalam sana. "Nanti Mas beliin sarapan ya" ucapnya.

Kemudian mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang menuju ke pertigaan depan sana di mana Galih tinggal.

Sean menghela napasnya panjang lalu melirik ke arah Rin yang sekarang tersenyum manis di sana. Merasa menang tentu saja karena pada akhirnya Sean tidak punya pilihan lain selain menuruti titah Mas-nya.

"Semangat ya Sen. Kakak masuk dulu ke dalem" lalu Rin berjalan masuk ke dalam kafe meninggalkan Sean sendirian di sana.

Perlahan Sean menggulirkan bola matanya ke arah belanjaan Dean. Ada tiga karung yang entah berisi apa, beberapa krat telur, dua kardus dan sebuah kantung plastik berukuran besar.

Dan semuanya harus dia angkat sendirian untuk dia bawa masuk ke dalam kafe.

Catat! Dia angkat sendirian.

"O asu"

Bukan Sean namanya kalau ikhlas mengerjakan urusan kafe.


CAST TAMBAHAN

Galih
(26 Thn)
Pengusaha percetakan

Galih (26 Thn)Pengusaha percetakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---younghoon from The boyz---





Tbc...

^^

Voment ya biar aku tau kalian suka sama buku ini/engga. Becos aku suka overthinking sendiri :)

.
.
.

21/03/2024 (22:19)
-dnf-

Attakai CaféWhere stories live. Discover now