Bab 27 (Turnamen)

68 4 0
                                    

"Akhirnya aku menemukanmu," ujar Camila yang membuat kepala Suika menoleh kearahnya.

"Kenapa kamu berada di sini Suika?" tanya Camila dengan ringan sambil menepuk pelan kepalanya.

"Suika sedang mengejar Chalk! Dia tiba-tiba saja pergi, Suika mencemaskannya karena menghilang begitu saja," ujar Suika sambil menunjukkan hewan peliharaannya yang berada di dalam pelukannya.

"Ahh, jadi begitu. Kalau begitu ayo kita kembali ke dalam desa, sebentar lagi turnamennya akan di mulai," ujar Camila dengan ramah sambil mengulurkan tangannya agar Suika bisa mengenggamnya.

"Baiklah!" balas Suika dengan ringan sambil membalas uluran tangan Camila dan berjalan beriringan dengannya.

"Baiklah!" balas Suika dengan ringan sambil membalas uluran tangan Camila dan berjalan beriringan dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tuan ... Senku bukan...?" tanya Ruri kepada pemuda asing yang baru saja ia temui itu.

"Kau adalah Ruri bukan? Kukuku, akhirnya kita bisa bertemu secara langsung," balas Senku dengan ringan kearah perempuan yang hampir mirip dengan Kohaku.

"Ada sesuatu yang harus aku tanyakan kepadamu," ucap Ruri dengan pelan dan ekspresi wajah yang terlihat ragu.

"Senku, siapa nama margamu?" tanya Ruri yang membuat Senku dan Felix tercengang di sana.

"Nama marga...?" gumam penduduk desa dengan heran.

"Nama marga adalah nama yang di tambahkan-"

"Iya aku tahu," potong Senku dengan cepat sambil menghela nafas dengan pelan.

'Desa ini belum punya konsep nama marga. Kenapa wanita ini-'

"Bisa mengetahuinya? Sepertinya akan banyak sekali pekerjaan yang akan kita lakukan setelah turnamen berakhir," ujar Felix yang berada di sampingnya.

"Kukuku, sejak kapan kita tidak memiliki banyak pekerjaan?" tanya Senku balik.

Mau itu di zaman moderen ataupun peradaban batu seperti sekarang mereka berdua pasti akan selalu sibuk dengan eksperimen yang menarik perhatian mereka.

"Heh, kau benar juga," balas Felix sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Apa mungkin ... nama margamu, Ishi-" ucapan Ruri terputus kembali saat tubuhnya oleng ke bawah dan terbatuk dengan keras.

"Ruri Sama!" ujar Jesper dengan panik sambil berlari mendekat.

"Cepat tolong dia!" ujar Kokuyo dengan panik saat menangkap tubuh anaknya yang tiba-tiba saja terjatuh.

"Mundurlah orang asing! Jangan mendekat!" ujar Turquoise sambil menjulurkan tangannya untuk menahan pergerakan Senku yang ingin mendekat.

"Hahaha, sepertinya desa ini punya banyak misteri, Ishigami San," balas Felix dengan mata yang menyipit seperti bulan sabit lalu mengalihkan pandangannya kearah Ruri yang kembali di bawa masuk kedalam salah satu rumah yang ada.

 |Dr. Stone| • |Scientia|Where stories live. Discover now