Bab 24

51 7 0
                                    

"Whaaa! Tu-tunggu dulu! Jangan bilang kau mau ngomong jika kaulah pengantiku?! Itu nggak untung banget!" ujar Chrome dengan keras.

"Astaga, kau perhatian sekali? Memangnya kau pacarku? Aku sama sekali nggak berniat untuk mati, jadi tenanglah," balas Senku dengan senyuman jahil di wajahnya.

"Bagaimanapun untuk menyembuhkan penyakit Ruri, tak ada pilihan selain memasuki area beracun itu dan melakukan misi bunuh diri untuk mendapatkan asam sulfur. ada 1/1000 kemungkinan jika kita bisa mati dan pada saat itu ilmu pengetahuan sains akan menghilang dari umat manusia," ujar Senku dengan serius.

"Jadi, kalau kau mati Senku, aku yang akan melanjutkannya?" tanya Chrome setelah terdiam sejenak.

"Ya, karena kau akan menerima ilmu pengetahuan tentang sains," balas Senku menjawab pertanyaan Chrome.

"Aku nggak akan menggantikan siapapun kalau jadinya seperti itu," ujar Chrome sambil melangkah maju untuk mendekat.

"Ha?!" tanya Senku dengan tidak mengerti.

Felix yang melihat itu hanya mundur secara perlahan dan tanpa menimbulkan suara dengan tatapan yang senantiasa melirik Senku dan Chrome lalu melirik bagian atas pohon tempat Kohaku berada.

"Apa? Jangan bersikap seperti bocah yang tidak mau pulang sendirian ke rumah," ujar Senku dengan kesal.

"Bukan begitu, kalaupun temanku mati aku tidak masalah! Aku tidak mau melakukan rencana yang seperti itu!" ujar Chrome dengan keras. 

"Bisa gawat kan jika aku tidak menerima ilmu pengetahuanmu! Kalau kau sampai mati, ilmu sains akan berakhir!" ujar Chrome lalu meninju pohon yang berada tepat di belakang Senku.

"10 milyar persen kau harus hidup kembali! Kau harus hidup Senku!" ujar Chrome dengan sangat keras yang membuat Kohaku terdiam sambil mengingat beberapa memori masalalunya.

"Hei, dari awal, kenapa harus si ahli sains kami, Senku yang harus pergi melakukan misi gas beracun ini?" tanya Chrome dengan pelan.

"Bukankah itu logika yang memang kau sukai? Mau aku atau bukan, yang terbaik memang mengorbankan nyawa orang lain," lanjut Chrome dengan serius.

"Tapi kau malah bilang kepadaku kalau Chrome, selanjutnya adalah tugasmu. Kelihatan sekali kalau kau mau melindungiku. Memangnya aku anakmu?!" tanya Chrome dengan kesal.

"Jangan meremehkanku, brengsek!" ujar Chrome dengan serius sambil menatap Senku.

"Hah? Nggak ada yang kuremehkan bodoh. Ada alasan yang simpel dan rasional untuk itu. Dengan mengetahui fungsi dan cara pembuatan masker gas, kalau aku yang pergi kesempatan sukses misi ini lebih besar, cuma itu," ujar Senku dengan pelan.

"Bukan itu yang akan membuat kesempatan berhasilnya lebih tinggi!" bantah Chrome.

"Bagaimana kalau tim yang berisikan 2 ilmuwan? Ketika yang satu terjatuh yang lain bisa membantu bukan?" tanya Chrome dengan semangat.

"Kukuku, kalau kau jatuh itu berarti kau sudah mati karena gas beracun. Pertolongan tak akan membantumu," ujar Senku sambil tertawa pelan.

"O-oh, Maksudku seperi, sial kakikku terpeleset! Yang seperti itu mungkin saja bisa terjadi bukan?" tanya Chrome dengan panik.

"Ya, kau benar. Mungkin cuma 10 persen tapi kesempatan hidup kita akan lebih tinggi!" ujar Senku dengan pelan.

"Tapi sayangnya aku sudah mempunyai partner untuk itu," ujar Senku sambil menunjuk kearah Felix yang kini sedang bersandar di batang pohon.

"Felix?! Sejak kapan kau berada di sana? Tidak maksudku, kenapa dia ikut dalam rencana?!" tanya Chrome dengan kaget yang juga membuat Kohaku di atas sana terkejut.

 |Dr. Stone| • |Scientia|Där berättelser lever. Upptäck nu