Bab 25

66 4 0
                                    

"T-tombak perakku! Benar-benar menjadi hitam! Ini sudah jelas kutukan peri musim semi! Apa kematian burung-burung itu masih belum cukup? Mustahil aku mau kembali kesana!" ujar Ginrou dengan panik sambil berpelukan dengan tiang kayu.

Chrome yang melihat itu merasa gemas lalu menarik tubuh Ginrou untuk melepaskan pelukannya dan pergi ikut bersama dengan mereka.

"Ahhh, oke. Sudahlah, tetaplah di sana. Kau juga cuma bakal jadi beban. Lagipula aku sudah mempunyai penggantimu yang jauh lebih baik," ujar Senku sambil melirik Felix yang kini sedang berpisah dengan Sei.

"Tapi ini bukan kutukan, ini ilmu pengetahuan. Jika kita menambahkan alkali yang cukup kedalam penggelapan hidorogen sulfida, maka ia akan kembali. Contohnya jika kita cukup mengggosok abu padas kedalamnya...," ujar Senku lalu menggosok abu itu ke tombak perak yang menghitam dan dengan perlahan kembali seperti awal.

"Kuserahkan padamu," ujar Senku sambil menyerahkan tombak perak yang sudah kembali sempurna kepada Felix.

"Ya, aku yang akan berada di garis depan. Jadi serahkan saja kepadaku," ujar Felix dengan penuh percaya diri.

"Wow, sensor gas beracun kita sudah kembali!" ujar Chrome sambil menatap penuh binar kearah tombak perak yang kini sedang di pegang oleh Felix sebagai sensor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wow, sensor gas beracun kita sudah kembali!" ujar Chrome sambil menatap penuh binar kearah tombak perak yang kini sedang di pegang oleh Felix sebagai sensor.

"Jika benda itu menghitam, kita akan lebih membutuhkan masker gas itu, jadi ayo cepat pergi ke danau asam sulfur!" ujar Senku sambil menginstruksikan mereka untuk memasang masker gas mereka.

"Tolong tetap berada di belakangku, aku yang akan maju pertama karena aku adalah benteng kalian," ujar Felix dengan mata yang menyipit menandakan jika ia tengah tersenyum, berbanding tebalik dengan kedua tangannya yang mengerat saat memengang tombak perak itu.

"Lalu lakukanlah dengan hati-hati," ujar Senku dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari ujung tombak yang di acungkan oleh Felix.

'Ini akan terjadi seketika dan nyata. Dengan masker gas ini, perisai kimia ... apa kami benar-benar bisa mengatasi hal yang seperti ini? Area gas beracun mematikan, dimana bernapas sama dengan mati...?!' batin Senku dengan penuh waspada.

"Mundur!" seru Felix dengan tiba-tiba yang membuat keduanya mundur begitu saja.

"Ada apa?!" tanya Chrome dengan panik.

"Lihatlah ujung tombaknya," ujar Felix yang membuat kedua orang itu meliat dan terdiam disana.

"Didepan sudah merupakan kawasan berbahaya," ujar Felix dengan pelan sambil menatap gas beracun yang tidak terlihat oleh matanya.

"Senku, Felix apa yang akan kita lakukan?" tanya Chrome dengan gugup.

"Apa lagi? Tentu saja menerobos ke sana!" jawab Felix lalu berjalan menuju kedepan tanpa perasaan gentar.

"Kekeke, aku suka dengan tindakanmu, letnan Felix," ujar Senku lalu berjalan masuk menyusul Felix yang lebih dulu sudah berada di kawasan berbahaya itu.

 |Dr. Stone| • |Scientia|Where stories live. Discover now